Iman Jodeh, Anggota Parlemen Muslim Pertama di Colorado
Jodeh merasa memiliki kewajiban mengangkat komunitasnya.
REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Pemilih pemula dan penduduk Aurora, Colorado, Nawal Elsayad, tengah duduk bersama ayahnya di depan televisi untuk menonton hasil pemilihan sekitar pukul 22.00 malam lalu. Elsayad terpaku pada layar terkait perihal pembaruan pemilihan presiden, tetapi ada satu pemilihan lokal yang sangat penting baginya, Colorado House District 41.
Ayahnya memperbarui halaman Facebook kandidat dari Partai Demokrat, Iman Jodeh, dan membacakan sebuah unggahan kepada putrinya dengan lantang, "Kami berhasil! Saya berlari untuk membuat #AmericanDream menjadi kenyataan bagi Semua Orang. Saya bangga #Muslim, #PalestinianAmerican, & #firstgeneration American. Dan saya bangga dapat mewakili komunitas saya & rakyat # hd41 di badan legislatif negara bagian #Colorado! Sekarang, ayo mulai bekerja".
"Itu adalah sesuatu yang sangat relevan bagi saya. Saya sangat senang melihat seseorang yang mirip dengan saya di kantor. Saya juga sangat senang melihat kami membuat perubahan besar, dan saya tahu dia adalah perubahan besar di distrik mana pun," kata dia atas kemenangan Jodeh.
Lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat (AS) dari orang tua imigran Palestina, Iman Jodeh menorehkan sejarah sebagai wanita Muslim pertama yang memenangkan kursi di legislatif negara bagian Colorado.
Jodeh yang berasal dari Demokrat, mengamankan kursinya di House of Representatives dengan mengalahkan saingannya dari Partai Republik, Robert Andrews pada Hari Pemilihan AS awal pekan November.
Dia mengenang saat sebelumnya Donald Trump terpilih sebagai presiden pada empat tahun lalu. Jodeh melihat dirinya di cermin, dan berpikir untuk memesan dua tiket sekali jalan ke Palestina untuk dirinya dan ibunya.
"Pada saat itu, saya berpikir untuk bertahan hidup dan melindungi ibu saya," kenangnya, dilansir di Al Araby, Senin (16/11).
Dia terkejut dengan tanggapan seorang teman terhadap ceritanya. Temannya berkata kepadanya, "Saya merasa penasaran Anda lebih suka hidup di bawah pendudukan daripada tinggal di AS sebagai warga negara".
Kemudian dia akhirnya memutuskan tidak pergi. Namun sebaliknya, dia melanjutkan pekerjaannya sebagai advokat dan guru.
"Saya melihat sekeliling dan melihat saya memiliki kewajiban kepada komunitas saya. Saya memiliki kewajiban mengangkat komunitas dengan pengalaman saya dalam advokasi," kata Jodeh.
"Kami menemukan diri kami di perahu yang sama. Kami membutuhkan sebanyak mungkin orang untuk mengarahkan perahu itu menuju keadilan sebanyak yang kami bisa dapatkan. Saya pikir pada saat itu, melihat diri saya di cermin setelah pemilu, saya juga tahu bahwa saya memiliki kewajiban untuk orang-orang di komunitas saya," ujar Jodeh
Keterampilan advokasi Jodeh dimulai sejak kecil, ketika dia akan mendorong sekolahnya untuk merayakan bulan suci Ramadhan. Selama Perang Teluk 1991, keluarga tersebut menerima panggilan telepon yang mengancam, tetapi itu tidak menghalangi mereka menjembatani kesalahpahaman tentang Muslim dan Timur Tengah.
Dia terus melakukan pekerjaan advokasi di perguruan tinggi dan dengan organisasi nirlaba, Meet the Middle East, yang dia dirikan pada 2008. Organisasi itu memiliki misi menjembatani kesalahpahaman antara AS dan wilayah yang kompleks. Dan, langkah selanjutnya dalam pekerjaan advokasinya yakni mencoba mewakili distriknya di House of Representatives.
Selain dukungan kuat di tingkat lokal, negara bagian, dan nasional, kemenangan bersejarahnya telah memicu pesan ucapan selamat dari seluruh dunia. "Saya telah menerima catatan dukungan dari Palestina, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Denmark, India, Bangladesh, Kanada, dan Brasil. Ini luar biasa," kata dia.
"Saya rasa orang-orang senang melihat orang-orang seperti mereka terpilih. Saya pikir itu hanya salah satu dari hal-hal itu. Orang-orang mulai bernapas lega. Mungkin mereka sangat optimistis komunitas kami memposisikan diri kita sebagai pemberi pengaruh yang positif," kata Jodeh.
Dia mengaitkan dedikasinya dengan advokasi, dan sekarang dunia politik sebagian besar ke akar Palestina-nya. "Saya pikir ketika Anda termasuk dalam kelompok orang yang telah mengenal pekerjaan selama 70 tahun terakhir, lensa Anda berbeda," katanya.
"Saya pikir karena hal-hal itu, telah menempatkan saya untuk menjadi pembela yang lebih baik. Sayangnya, banyak hal yang dialami warga Palestina terjadi pada komunitas yang terpinggirkan di AS. Ini membantu saya menjadi pembela yang lebih baik bagi orang-orang ini," ucap Jodeh.
Saat Jodeh melihat ke depan untuk memulai masa jabatan barunya, dia mengatakan, dirinya sudah mengetahui bahwa ia akan mengikuti model kolaboratif, dan kebijakan pintu terbuka, yang mengandalkan para ahli untuk anduan dalam pemungutan suara, serta penyusunan undang-undang.
Sementara itu, jika melihat ke belakang, bahkan dengan semua pekerjaan advokasinya, Jodeh mengatakan, dia tidak pernah berharap berada dalam peran barunya. "Setiap kali saya berada di gedung capitol negara bagian kubah emas itu karena saya merasa perlu. Saya tidak pernah membayangkan diri saya di salah satu kursi hijau itu. Saya hanya berpikir penting bagi orang-orang Colorado untuk bersuara," ucapnya.
https://www.denverpost.com/2020/11/14/colorado-legislature-diversity-first-muslim-african-immigrant/