Epidemiolog: Vaksinasi tak Lantas Pandemi Covid-19 Selesai

Alur transportasi vaksin sampai ke masyarakat juga harus diperhitungkan.

Infografis Republika.co.id
Prioritas Sasaran Vaksin Covid-19
Rep: Rizky Surya Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA--Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengingatkan kehadiran vaksin tak lantas menuntaskan masalah yang timbul dari pandemi Covid-19 di Indonesia. Tanggapan Dicky merespon kabar mulai siapnya vaksin Covid-19 di dunia dimana Indonesia siap menjadi negara penerimanya.


Dicky menyebut program vaksinasi memang menjadi elemen integral dari solusi sebuah pandemi. Namun pemerintah Indonesia, kata Dicky, patut mempertimbangkan faktor lain agar vaksinasi berjalan efektif.

"Program vaksinasi ini akan jadi bagian dari solusi pandemi tapi tidak juga dominan karena sekali lagi ketika mendapat vaksin yang terbukti aman dan efektif, maka berapa persentase efektivitasnya dan berapa lama durasi proteksinya, ini akan melengkapi strategi (vaksinasi) kita," kata Dicky pada Republika, Selasa (24/11).

Dicky menyebut ada faktor angka reproduksi dan cakupan vaksinasi yang perlu dipertimbangkan untuk memaksimalkan vaksinasi. Jika angka reproduksi tinggi dan cakupan vaksinasi rendah maka sulit mencapai herd immunity. 

"Ketika ada vaksin Pfizer efektivitas 90 persenan sangat ideal karena dengan angka reproduksi misalnya 2 dan vaksin coverage 70-80 persen kita bisa capai herd immunity," ucap Dicky.

Angka reproduksi ialah metode memberi peringkat pada kemampuan penyebaran penyakit. Angka yang mengikuti huruf R melambangkan jumlah rata-rata orang yang bisa ditulari seorang pengidap. Adapun tingkat cakupan vaksinasi adalah perkiraan persentase orang yang telah menerima vaksin tertentu. "Tapi kalau angka reproduksi di atas 2, vaksin coverage di bawah 70 persen maka tidak tercapai herd immunity," lanjut Dicky.

Dicky berharap pemerintah memperhitungkan matang-matang jumlah vaksin yang dibutuhkan berikut alur transportasinya sampai ke masyarakat. Patut dihindari vaksin mengalami kerusakan sebelum sampai ke masyarakat.

"Sehingga vaksin ini ketika ditemukan tidak serta merta masalah selesai karena ada tahapan berikutnya. Seperti distribusinya, produksi vaksin berapa banyak juga menentukan, seberapa tahan vaksin saat dibawa-bawa" ujar Dicky. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler