Israel Siapkan Serangan AS ke Iran Jelang Trump Hengkang
Jelang akhir pemerintahan Donald Trump menjadi periode yang sensitif.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mendapatkan instruksi untuk mempersiapkan potensi serangan Amerika serikat (AS) ke Iran sebelum Presiden AS Donald Trump meninggalkan Gedung Putih pada Januari. Hal itu mengutip pernyataan pejabat senior Israel yang dilaporkan media AS, Axios.
Seperti dilansir laman Sputnik, pejabat yang mengetahui instruksi tersebut menjelaskan kepada Axios, bahwa IDF telah diinformasikan oleh pemerintah Israel tentang perubahan bukan karena konfirmasi serangan AS yang akan terjadi. Namun, Israel merasa jika serangan seperti itu terjadi, mereka memiliki waktu yang cukup untuk bersiap sepenuhnya.
Sumber senior yang tidak bersedia disebutkan namanya itu lebih jauh mencatat waktu terakhir Trump di Gedung Putih akan menjadi periode yang sangat sensitif. Dia juga mencatat bahwa langkah-langkah kesiapsiagaan juga terkait dengan kemungkinan serangan Iran terhadap Israel baik secara langsung atau melalui proksi Iran di Timur Tengah.
Ketegangan AS dengan Iran di bawah pemerintahan Trump memuncak setelah AS menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018 dan mulai menerapkan kembali sanksi yang sebelumnya dicabut berdasarkan kesepakatan nuklir. Hubungan memburuk lebih jauh setelah serangan AS pada Januari menewaskan komandan Pasukan Quds Mayjen Qassem Soleimani.
Ketegangan antara Iran dan Israel juga terus memanas selama bertahun-tahun. Namun, baru-baru ini, pasukan Israel melakukan serangan balasan terhadap sasaran Iran di Suriah setelah pasukannya mendeteksi bom pinggir jalan di Dataran Tinggi Golan.
Pejabat Israel mengklaim bahwa bom tersebut ditanam oleh anggota Angkatan Bersenjata Suriah dan Pasukan Quds Iran. Israel juga menilik bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Israel.
Awal bulan ini, H.R. McMaster, pensiunan letnan jenderal Angkatan Darat AS yang sebelumnya menjabat sebagai penasihat keamanan nasional dalam pemerintahan Trump, juga mengisyaratkan bahwa Israel sendiri dapat memilih untuk melancarkan serangan terhadap Iran jika Trump meninggalkan jabatannya.
Laporan Axios juga muncul sepekan setelah New York Times melaporkan bahwa Trump telah mempertimbangkan untuk memerintahkan serangan militer terhadap situs nuklir utama Iran di Natanz. Badan Energi Atom Internasional melaporkan bahwa cadangan uranium negara itu 12 kali lebih besar dari batas yang diberlakukan di bawah JCPOA.
NYT mencatat bahwa Trump pada akhirnya berhasil ditenangkan dari kemungkinan serangan. Hal itu terjadi setelah penasihat senior memperingatkan bahwa konflik yang lebih luas bakal terjadi sebagai akibatnya.
Ali Rabiei, juru bicara pemerintah Iran, menyatakan bahwa tindakan apa pun terhadap negara akan ditanggapi dengan tanggapan yang menghancurkan. Pekan lalu, Hossein Dehghan, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan kepada Associated Press bahwa serangan AS terhadap Iran akan memicu perang penuh di wilayah tersebut.
"Jelas, Amerika Serikat, kawasan, dan dunia tidak tahan menghadapi krisis yang begitu komprehensif,' ujarnya.