Pejabat Thailand Pertanyakan Vaksin AstraZeneca

Thailand te;ah meneken kontrak untuk pembelian vaksin AstraZeneca.

EPA
Vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford diperkirakan bisa diperoleh seharga tiga dolar AS, sekitar Rp 42 ribu.
Rep: zainur mahsir ramadhan Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK — Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mempertanyakan keputusan pemerintah untuk membeli vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca. Hal itu terjadi setelah perusahaan tersebut mengungkapkan ketidaksesuaian dalam uji coba.

Pertanyaan itu semakin menjadi, ketika Pemerintah Thailand juga mengatakan rencananya untuk membeli vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Rencana itu juga ditegaskan beberapa waktu lalu oleh wakil juru bicara pemerintah, Traisuree Taisaranakul.

Baca Juga


Menurutnya, pembelian tersebut diperkirakan bernilai lebih dari 6 miliar baht atau Rp 200 juta dolar AS. Berdasarkan informasi, gelombang pertama akan dikirim pada pertengahan 2021.

“Ada beberapa masalah dengan AstraZeneca dan pengungkapan publik sejak hasil awal terungkap,” kata pejabat Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand yang tidak mau disebutkan namanya mengutip Thai enquirer, Kamis (26/11).

Menurutnya sumber itu, saat ini pemerintah sedang meninjau pesanan vaksin yang akan dibeli itu. Pembelian, kata dia, bisa saja berlanjut asal ada kesepakatan dan jaminan dalam prosesnya.

Menurut artikel New York Times, firma tersebut tidak sepenuhnya mengungkapkan kelompok usia di mana virus melihat kemanjuran yang diinginkan dan bahwa pertanyaan mengenai dosis tetap ada. Walaupun, AstraZeneca telah merevisi angka keefektifan tersebut menjadi 70 persen dari yang dilaporkan sebelumnya sekitar 90 persen.

Vaksin AstraZeneca disebut-sebut sebagai obat ajaib ketika hasilnya pertama kali terungkap karena vaksin perusahaan lebih murah dan lebih mudah disimpan daripada yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna, yang menunjukkan perlindungan 95 persen.

AstraZeneca sebelumnya juga mengatakan, mereka ingin mengembangkan produksi setidaknya tiga miliar dosis pada tahun 2021. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Pemerintah Inggris, berdasarkan keterangan, telah memesan 100 juta dosis di muka.

Perusahaan farmasi tersebut mengatakan dalam siaran persnya bahwa uji coba terbaru di Inggris dan Brasil dengan lebih dari 20 ribu peserta menunjukkan bahwa vaksin itu "sangat efektif dalam mencegah COVID-19.

"Temuan ini menunjukkan bahwa kami memiliki vaksin efektif yang akan menyelamatkan banyak nyawa," kata Profesor Andrew Pollard, Kepala Penyelidik Uji Coba Vaksin Oxford di Oxford, dalam pernyataannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler