Midtjylland dan Suka Cita Poin Perdana Liga Champions

Tim Denmark harus melewati kualifikasi sebelum tampil di babak grup Liga Champions.

EPA-EFE/PAOLO MAGNI
Para pemain Midtjylland merayakan gol Alexander Scholz (kiri) ke gawang Atalanta di Grup D Liga Champions.
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim nasional Denmark boleh saja punya kenangan manis dengan raihan mengejutkan mereka menjuarai Euro 1992 kendati hanya tiba sebagai pengganti karena Yugoslavia didiskualifikasi lantaran kondisi perang di negaranya. Namun, di tingkat klub, klub-klub Denmark tak mampu berbicara banyak di Eropa.

Baca Juga


Raihan paling mentereng hanyalah juara Piala Intertoto, kompetisi kasta keempat Eropa yang belakangan dibubarkan pada 2009. Silkeborg menjadi juara pada 1996.

Sedangkan di Liga Champions, jangankan menjadi juara, capaian terjauh klub Denmark hanyalah babak perempat final yang dibukukan oleh AGF Arhus pada 1961 dan Brondby pada 1987, ketika kompetisi itu masih dikenal sebagai Piala Champions.

Maka, tampil di kasta tertinggi kompetisi klub Eropa itu jelas menjadi sebuah kesempatan yang amat jarang. Terlebih Denmark begitu kesulitan menembus 10 besar klasemen koefisiensi UEFA, sehingga wakil-wakil mereka harus melewati fase kualifikasi sebelum tampil di babak grup Liga Champions.

Midtjylland selaku juara Liga Super Denmark 2019/20 harus merintis jalan mereka menuju fase grup Liga Champions dari babak kedua kualifikasi. Setelah selalu gagal dalam dua kesempatan sebelumnya pada 2015 dan 2018, Midtjylland mampu melewati Ludogorets, BSC Young Boys dan Slavia Praha untuk meraih satu tempat di fase grup Liga Champions 2020/2021.

Debut singkat

Sebagai debutan, Midtjylland, terbilang mendapatkan hasil undian grup yang kurang menguntungkan. Mereka tergabung bersama Liverpool, Ajax dan Atalanta di Grup D. Liverpool dan Ajax adalah dua di antara enam tim saja yang berhak mengenakan emblem bergengsi, Badge of Honour, sebagai tim yang pernah lima kali juara Liga Champions atau memenanginya tiga musim beruntun.

Hanya, keberadaan Atalanta boleh dibilang menumbuhkan kepercayaan diri Midtjylland. Bukan karena klub Italia itu lebih inferior dibanding dua peserta Grup D lainnya, melainkan karena Atalanta setahun yang lalu juga statusnya sama seperti Midtjylland. Atalanta tim debutan Liga Champions yang menjelma jadi kuda hitam hingga melenggang ke babak perempat final musim 2019/2020.

Namun, justru Atalanta lah yang menyodorkan gambaran kenyataan kerasnya persaingan di Liga Champions kepada Midtjylland. Melakoni laga debutnya, Midtjylland hancur lebur 0-4 dari Atalanta walau main di kandangnya sendiri Stadion MCH Arena pada 21 Oktober.

Kekalahan demi kekalahan terus diderita Midtjylland hingga akhirnya pada 25 November, kala melawat ke Johan Cruyff Arena di Amsterdam, Midtjylland dibekap 1-3 oleh tuan rumah Ajax.

Hasil itu bukan saja menyudahi kiprah Midtjylland di Liga Champions, tetapi juga menghabisi asa mereka untuk setidaknya menempati peringkat ketiga dan memperoleh tiket hiburan ke babak gugur Liga Europa.

Surat kabar Denmark, Politiken, melontarkan kritik tajam untuk menaburkan garam di atas luka kekalahan tim besutan Brian Priske itu.

"Dongeng itu menjelma jadi kisah horor olahraga bagi tim besutan Brian Priske, yang ditelanjangi di panggung internasional," demikian tulis laporan Politiken terbitan 26 November.

Priske tak mau mencari-cari alasan, ia pasang badan dan mengaku bertanggung jawab atas kekalahan dari Ajax yang menutup tirai panggung Liga Champions bagi Midtylland.

"Tentu saja ada hal-hal yang seharusnya bisa saya lakukan dengan lebih baik di pertandingan ini. Pada akhirnya, saya yang bertanggung jawab memilih pemain yang saya percayai untuk tampil," ujarnya kepada stasiun televisi TV3+ selepas pertandingan.

 

 

Pelipur lara dan pelajaran penting

Midtjylland memang sudah tidak lagi berpeluang meninggalkan dasar klasemen Grup D Liga Champions, apalagi melangkah ke babak 16 besar, tetapi bukan berarti anak-anak asuhan Priske akan menyerah begitu saja ketika bertandang ke markas Atalanta dalam pertandingan kelima pada Rabu (2/12) dini hari WIB.

Boleh jadi karena beban yang sudah tak lagi ada di punggung mereka, atau memang para pemain Midtjylland baru menemukan ritme yang tepat agar bisa tampil secara terhormat di Liga Champions.

Memasuki 13 menit setelah sepak mula sang kapten Alexander Scholz menyambut umpan sodoran Sory Kaba dengan tembakan keras untuk menjebol gawang tuan rumah dan membawa Midtjylland memimpin atas Atalanta di Stadion Atleti Azzurri d'Italia, Bergamo.

Sejak gol itu, Priske memilih langkah paling logis yakni menebalkan lini pertahanan setebal mungkin demi menjaga keunggulan yang baru pertama kalinya mereka rasakan di pertandingan fase grup Liga Champions sepanjang sejarah.

Sayangnya, tembok pertahanan Midtjylland akhirnya runtuh pada menit ke-79 ketika sebuah umpan silang terukur dikirimkan Hans Hateboer ke dalam kotak penalti dan Cristian Romero menyambutnya dengan tandukan untuk melesakkan bola ke dalam gawang dan skor menjadi imbang 1-1.

Romero kembali menciptakan peluang untuk tuan rumah pada injury time, tetapi tandukannya melambung dan skor 1-1 bertahan hingga bubaran, menandai keberhasilan Midtjylland meraih poin perdana mereka di kasta tertinggi Eropa.

"Tentu saja, bisa memimpin hingga paruh akhir pertandingan kami mulai bermimpi (meraih tiga poin) dan sungguh mengesalkan ketika mereka akhirnya mencetak gol. Tapi saya pikir kami patut bangga atas penampilan malam ini," kata Scholz selepas pertandingan kepada stasiun TV3+.

Kendati hanya hasil imbang penampilan Midtjylland menuai pujian dari legenda timnas Denmark, Michael Laudrup.

"Ini hasil penting dan malam yang luar biasa untuk klub seperti Midtjylland, yang begitu ambisius. Tapi, yang harus digarisbawahi, hasil ini diraih dengan mengeluarkan level penampilan yang dibutuhkan sebagai tim nonunggulan di grup seketat ini," kata Laudrup yang bertugas menjadi pandit di TV3+.

Pujian serupa juga disuarakan mantan penyerang Denmark sekaligus satu-satunya pelatih yang berhasil mengantarkan klub negara itu meraih trofi di Eropa, Preben Elkjaer.

"Kita semua bisa melihat bagaimana Midtjylland mengekspresikan kemampuan mereka dengan sangat berbeda malam ini, dan satu poin yang mereka raih adalah hasil yang sangat pantas," kata Elkjaer, yang membawa Silkeborg juara Piala Intertoto 1996.

Priske sendiri mengungkapkan kebanggaannya atas penampilan para pemain Midtjylland dan menilai kali ini timnya bisa memenuhi ambang batas minimum untuk secara faktual mengaku pantas tampil di Liga Champions.

"Saya pikir kami memberi Atalanta mengalami masa-masa yang sulit, dari tepi lapangan saya bisa melihat frustrasi yang mereka alami," kata Priske.

"Para pemain bertarung dan berlari sebaik mungkin. Nyatanya berat tampil di Liga Champions, tim Anda harus mengerahkan banyak daya dan usaha untuk itu, dan hari ini kami bisa melakukannya," pungkas Priske.

Tentu saja, satu poin bukanlah sebuah capaian gemilang dibandingkan apa-apa yang sudah dilakukan pesaing Midtjylland di Grup D, termasuk babak perempat final yang dijejaki Atalanta musim lalu.

Midtjylland masih punya satu laga untuk dijalani, menjamu Liverpool di MCH Arena dalam pertandingan pemungkas pada 9 Desember nanti.

Status Liverpool yang sudah lolos ke babak 16 besar sebagai juara Grup D bukan tidak mungkin akan membuat Juergen Klopp melakukan rotasi besar-besaran demi menjaga kebugaran skuatnya di Liga Premier.

Dan bukan tidak mungkin pula, Midtjylland akan menutup kiprahnya dengan raihan kemenangan perdana di fase grup Liga Champions, hadiah perpisahan yang tak buruk.

Jika pun tidak, Midtjylland sudah mengeruk pelajaran yang tak ternilai harganya jika kembali bertarung di pentas tertinggi Eropa musim depan.

Sementara itu, Priske bisa mengalirkan konsentrasi penuh Scholz dan kawan-kawan untuk mempertahankan gelar juara Liga Super Denmark yang saat ini terancam direbut oleh Brondby.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler