Cara Allah Menyiapkan Nabi Muhammad Menjadi Rasul
Nabi Muhammad manusia terbaik yang disiapkan Allah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW dipersiapkan oleh Allah SWT secara penuh untuk menerima misi kerasulan melalui wahyu. Baik secara fisik maupun mental, Muhammad tumbuh dengan penuh kesiapan melalui berbagai perjalanan hidupnya.
Allah mengangkat Rasul dari jenis manusia, agar manusia mampu menerima sistem ajaran yang disampaikannya. Allah juga mengutus Rasul dari kaumnya sendiri agar ia dikenal dari segi budi pekerti dan amanahnya.
Lantas, bagaimana cara Allah menyiapkan Nabi Muhammad untuk menjadi seorang Rasul? Mutawalli Al-Sya'rawi dalam bukunya yang berjudul Kedudukan Muhammad Saw Sebagai Rahmatan Lil Alamin Pilihan Allah Swt mengatakan Allah menjadikan Muhammad pilihan terbaik di antara manusia pilihan.
Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad telah disiapkan baik secara mental maupun fisik. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menciptakan segala makhluk, maka dari sekian makhluk itu Dia memilih anak cucu Adam. Lalu Dia memilih dari anak cucu Adam itu bangsa Arab. Lalu Dia memilih dari bangsa Arab itu sku Mudlar. Lalu Dia memilih dari suku Mudlar itu suku Quraisy. Lalu dia memilih dari suku Quraisy itu bani Hasyim. Lalu dia memilih aku dari bani Hasyim. Maka aku adalah pilihan terbaik di antara manusia pilihan. Oleh karena itu, siapa saja yang mencintai bangsa Arab kantaran cinta kepadaku, maka aku mencintainya. Dan siapa saja yang membenci bangsa Arab lantaran benci kepadaku, maka aku membencinya," (HR. Al-Baihaqi dalam Dalailun-Nubuwah dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Ibnu Umar).
Muhammad lahir sebagai yatim agar tidak anggapan ia menggunakan pengaruh dan kedudukan ayahnya. Allah juga menghendakinya tidak bisa baca tulis (Ummi), agar tidak ada tuduhan ia mengambil ajaran dari peradaban umat manusia.
Oleh karena itu, Allah menakdirkannya sebagai manusia yang ummi, artinya orang yang suci sebagaimana saat ia baru lahir dari rahim ibunya yang tidak pernah mendapat ilmu dari sesama manusia. Dengan demikian, Allah-lah yang mengajar Muhammad secara langsung.
Sejak kecil, Muhammad juga terpelihara dari dosa. Mukjizat juga datang silih berganti. Pada saat di bawah asuhan wanita yang menyusuinya, Halimah al-Sa'diyah, Muhammad kecil pernah mengalami peristiwa yang mencengangkan.
Suatu ketika saat Nabi Muhammad SAW tengah bermain di pelosok desa bersama Abdullah ibn Harits, saudara sesusu Nabi SAW, Nabi tiba-tiba dihampiri dua lelaki berpakaian putih. Lelaki tersebut merupakan malaikat yang kemudian membawanya dan membelah perut dan dadanya untuk mengeluarkan dari hatinya sesuatu yang mirip dengan segumpal daging berwarna hitam. Kemudian mereka mencucinya dengan cairan mirip salju.
Dengan demikian, Allah sudah membersihkan hati Muhammad sejak kecil. Ketika masih kanak-kanak, sikapnya yang bijak sudah terpancar dan membuat teman-temannya senang terhadapnya. Di antara kaumnya, Muhammad adalah orang yang paling ksatria, paling santun, dan paling jujur ucapan dan perbuatannya.
Muhammad juga menggembala kambing, yang membuatnya memiliki kepribadian yang sabar, santun, dan peduli. Allah juga meghendaki Muhammad menikah dengan Siti Khadijah yang dapat memberikan kasih sayang dan meringankan bebannya. Khadijah merupakan wanita terkaya di zamannya dan paling tinggi kedudukannya.
Sebelum diutus menjadi Rasul, Nabi Muhammad juga kerap melakukan renungan di dalam Gua Hira. Di sana, beliau merenungkan tentang alam dan melakukan komunikasi dengan Tuhannya. Di Gua Hira yang jauh dari kegaduhan duniawai, Nabi Muhammad mendapat kejernihan pikiran, yang membuatnya tegar saat menerima wahyu.