Pompeo Kritik Tajam Turki karena Beri Senjata Rusia

Turki juga dinilai tela merusak keamanan NATO dan ketidakstabilan Mediterania Timur.

AP/Maya Alleruzzo/Pool AP
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengkritik tajam Turki pada pertemuan terakhir Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pekan ini. Pompeo menyoroti keputusan Turki membeli sistem persenjataan Rusia dan perselisihan mereka di Mediterania Timur.

Menurut sejumlah diplomat dan pejabat, pada Selasa (1/12) lalu, para menteri luar negeri negara anggota NATO melakukan konferensi virtual rahasia. Dalam pertemuan itu, Pompeo mengatakan Turki telah merusak keamanan NATO dan menciptakan ketidakstabilan di Mediterania Timur dalam friksi dengan Yunani serta Siprus.

Pompeo turut mengkritisi keputusan Turki mengirim pejuang Suriah bayaran ke Libya dan Nagorno-Karabakh. Menurutnya, langkah itu keliru. Departemen Pertahanan AS menyimpulkan hal demikian dalam laporannya pada Juli lalu.

Kritikan Pompeo memicu kecaman lebih lanjut terhadap Turki oleh negara lainnya, termasuk Prancis, Yunani, dan Luksemburg. Seorang pejabat AS mengungkapkan Pompeo turut membahas tentang keputusan Turki membeli sistem rudal buatan Rusia.

"AS telah mendesak Turki pada beberapa kesempatan untuk menyelesaikan masalah S-400 (sistem senjata Rusia), berhenti menggunakan pejuang Suriah dalam konflik luar negeri, dan mengentikan tindakan provokatif di Mediterania Timur," kata pejabat AS tersebut.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan tidak dapat mengungkap detail dalam pertemuan rahasia NATO. "Saya baru saja menguraikan perbedaan antara kedua negara dan masalah yang luar biasa. Kami harus membeli (sistem persenjataan) dari Rusia karena kami tidak bisa (membelinya) dari sekutu kami," ujarnya.

AS diketahui mengancam menjatuhkan sanksi kepada Turki jika mereka membeli sistem rudal S-400 buatan Rusia. Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah membulatkan tekadnya untuk membeli S-400. Dia pun siap meladeni bahkan membalas sanksi yang dijatuhkan Washington.

Sistem rudal S-400 disebut lebih unggul dibandingkan US Patriot. Para ahli percaya bahwa S-400 dapat mendeteksi dan menembak jatuh target termasuk rudal balistik, jet musuh serta pesawat nirawak (drone) hingga jarak 600 kilometer, pada ketinggian antara 10 meter dan 27 kilometer. S-400 dapat melesat dengan kecepatan maksimum 17 ribu kilometer per jam, sedangkan US Patriot hanya 5.000 kilometer per jam.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler