Inggris dan Rusia akan Uji Coba Kombinasi Vaksin Covid-19
Kombinasi vaksin kedua negara untuk melihat kemungkinan peningkatan perlindungan.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ilmuwan Inggris dan Rusia bekerja sama untuk menguji kombinasi vaksin Oxford-AstraZeneca dan Sputnik V untuk melihat apakah perlindungan terhadap Covid-19 dapat ditingkatkan.
Mencampur dua vaksin serupa diprediksi dapat menyebabkan respons kekebalan yang lebih baik pada manusia. Uji coba, yang akan diadakan di Rusia, akan melibatkan orang berusia di atas 18 tahun, meski tidak jelas berapa banyak orang yang akan terlibat.
Oxford baru-baru ini menerbitkan hasil yang menunjukkan vaksin mereka aman dan efektif dalam uji coba pada manusia, dilansir di BBC, Sabtu (12/12).
Para peneliti masih mengumpulkan data tentang keefektifan vaksin pada kelompok usia yang lebih tua sambil menunggu persetujuan dari regulator Inggris, MHRA.
AstraZeneca mengatakan, sedang menjajaki kombinasi berbagai vaksin adenovirus untuk mengetahui apakah mencampurkannya mengarah pada respons kekebalan yang lebih baik dan. Oleh karena itu, perlindungan yang dihasilkan bisa lebih besar.
Vaksin Oxford buatan Inggris, yang dikembangkan dalam kemitraan dengan AstraZeneca, dan vaksin Sputnik Rusia, yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute di Moskow, serupa karena keduanya mengandung materi genetik dari protein SARS-CoV-2.
Cara kerjanya berbeda dengan vaksin Pfizer-BioNTech, yang telah disetujui di Inggris, Kanada, Bahrain, Arab Saudi dan direkomendasikan untuk disetujui oleh pakar medis di AS.
Hasil awal dari uji coba tahap akhir vaksin Sputnik telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Rusia adalah negara pertama yang mendaftarkan vaksin Covid-19 untuk penggunaan darurat pada Agustus, meski hanya telah diuji pada beberapa lusin orang. Vaksin ini sekarang ditawarkan kepada masyarakat Rusia sebagai bagian dari kampanye vaksinasi massal.
AstraZeneca mengatakan pihaknya bekerja dengan mitra industri, pemerintah dan lembaga penelitian di seluruh dunia. "Perusahaan akan segera mulai mengeksplorasi dengan Gamaleya Research Institute di Rusia untuk memahami apakah dua vaksin berbasis adenovirus dapat berhasil digabungkan," kata AstraZeneca.