Demon Slayer Jadi Film Terlaris Sepanjang Sejarah Jepang?
Demon Slayer nyaris memecahkan rekor Spirited Away.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah seorang anak laki-laki yang melawan iblis pemakan manusia yang membunuh keluarganya, Demon Slayer, siap menjadi film terlaris Jepang. Prestasi itu terukir berkat peningkatan jumlah penggemarnya selama pandemi Covid-19 dan karena isi pesan bertahan dalam situasi sulit.
Diadaptasi dari manga populer dan serial anime TV, Demon Slayer telah menciptakan industri penjualan merchandise terkait dan telah memenangkan hati penggemar mengenai budaya Jepang yang dikhawatirkan akan hilang pada masa kini.
"Orang-orang yang berada di posisi tertinggi akan bertindak sesuai dengan itu (bangsawan, samurai, dan sebagainya). Mereka yang berada di atas menjadi tameng bagi yang lebih lemah, menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi mereka," kata komentator film Yuichi Maeda.
"Itu benar-benar telah hilang di Jepang modern," kata Yuichi, dikutip dari Channel News Asia.
Demon Slayer sudah rilis di beberapa negara Asia dan akan menuju ke AS dan Kanada awal tahun depan. Demon Slayer akan mengambil alih posisi Spirited Away yang merupakan pemenang Academy Award, film terlaris Jepang selama hampir dua dekade.
Menurut data pada Senin, film yang dirilis pada 16 Oktober itu telah menghasilkan total 30,28 miliar yen (Rp 4,11 triliun), sementara Spirited Away oleh Hayao Miyazaki dari Studio Ghibli menghasilkan 30,8 miliar yen (Rp 4,2 triliun).
Seri manga Demon Slayer, berjalan dari 2016 hingga 2020 di majalah dan diterbitkan dalam serangkaian buku, telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar dari 22 buku pertama. Penggemar menantikan untuk volume ke-23 saat mulai dijual awal bulan ini.
Tetapi dampaknya tidak berhenti di situ. Ekonom senior di Dai-Ichi Life Research Institute, Toshihiro Nagahama memperkirakan dampak ekonomi setidaknya bisa mencapai 270 miliar yen (Rp 38,4 triliun) pada 3 Desember mendatang.
Dari jumlah itu, sekitar 130 miliar yen (Rp 17,7 triliun) ada pada penjualan barang-barang terkait seperti mainan, dengan pedang yang dirilis oleh Bandai Namco Holdings (yang juga telah menghasilkan seri Demon Slayer dari Tamagotchi hitnya yang telah lama berjalan).
Meskipun pembukaan film ditunda karena pandemi, hal itu justru bermanfaat karena orang tua yang terjebak di rumah selama lockdown Jepang di musim semi, mendengar tentang film itu dari anak-anak mereka. Punya banyak waktu, mereka membaca dan menonton serial tersebut di layanan streaming.
"Ini membuat seluruh keluarga tertarik, film itu menjadi sesuatu yang bisa mereka bicarakan di rumah," kata Yuka Ijima, asisten profesor di Universitas Daito Bunka.