Pandemi Dorong Percepatan Digitalisasi di Sektor Industri
Salah satu bentuk digitalisasi adalah smart utility yangbermanfaat bagi masyarakat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan peranan digitalisasi menjadi sangat penting di era pandemi. Hal ini tak lepas dari banyaknya kegiatan pekerjaan dan belajar mengajar yang dilakukan dari rumah.
"Hal ini semakin menegaskan kebutuhan percepatan digitalisasi di Indonesia seperti arahan presiden pada Agustus lalu yang mana masyarakat semakin membutuhkan layanan digital," ujar Kuncoro dalam seminar daring bertajuk "Percepatan Digitalisasi Indonesia dengan Smart Utility Berbasis Konektivitas yang Murah dan Andal" yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) pada Kamis (17/12).
Kuncoro menyebut digitalisasi akan terus berkembang dan dibutuhkan masyarakat. Salah satu bentuk digitalisasi adalah smart utility yang memberikan pengalaman dan kualitas pada tingkat yang berbeda. Kuncoro menilai perlu kerja sama banyak pihak agar smart utility bermanfaat bagi masyarakat.
"Bicara smart utility maka kita bicara penerapan internet of change, penerapan smart utility akan membuat efisien dan masyarakat mendapatkan harga yang lebih murah yang akhirnya memicu pergerakan ekonomi di masyarakat," ucap Kuncoro.
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PT Perusahaan Gas Negara (PGN) (Persero) Redy Ferryanto mengatakan, perusahaan telah melakukan peningkatan efisiensi operasional penggunaan gas bumi dengan pemanfaatan smart utility.
Sebagai sub holding gas Pertamina, dia katakan, PGN akan mengoptimalkan dan mempercepat pertumbuhan bisnis gas alam, industri, manufaktur pembangkit listrik, city gas untuk Indonesia dengan berbagai sumber gas alam, baik di dalam dan luar negeri. Redy menyampaikan PGN mendapat penugasan menyambungkan pipa gas seluruh Sumatera hingga dua tahun ke depan serta menyambungkan pipa gas dari Cirebon ke Semarang yang akan melengkapi rangkaian penyambungan pipa gas di Pulau Jawa.
Redy memaparkan wilayah eksisting infrastruktur PGN saat ini menguasasi 96 petsdn terhadap total infrastruktur gas alam di Indonesia dengan 498 pelanggan komersial dan industri skala besar, 1.722 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.470 pelanggan industri kecil dan menengah termasuk, 322.073 atau 500 ribuan pelanggan rumah tangga atau city gas.
"Dengan kompleksnya infrastruktur yang kami tangani, jelas kami tidak bisa melayani pelanggan dengan sederhana, kami mengelola dengan smart digital yang jadi keharusan dengan efisiensi dan realtime," ujar Redy.
PGN, kata Redy, juga terus berupaya memahami perilaku dan kebutuhan konsumen. Redy mengatakan bentuk transformasi yang dilakukan PGN dalam digitalisasi menyasar pada dua aspek yakni teknologi operasi dan teknologi informasi yang seluruhnya menggunakan smart sistem.
Menurut Redy, pemanfaatan digitalisasi mutlak dilakukan guna menjaga keberlangsungan perusahaan. Pasalnya, dia katakan, kebangkitan dunia minyak dan gas (migas) belum mencapai hingga tahap menggembirakan sejak 2008.
"Dalam lima tahun terakhir memang mulai ada kebangkitan, namun terjadi pandemi sehingga mengantarkan bisnis migas pada titik terendah dalam sejarah dengan ditandai turunnya harga minyak bumi," ungkap Redy.
Pandemi, lanjut dia, juga mengakibatkan penurunan konsumsi gas dalam negeri karena menurunnya penyerapan di sektor pembangkit listrik dan industri. Di sisi lain, industri hilir pemanfaatan gas belum tubuh yang cukup sesuai ekspektasi karena kondisi pandemi dan harga gas belum sesuai dengan keekonomian nilai yang diharapkan industri hilir.
Dengan semangat efisiensi operasional di segala sisi, ucap Redy, PGN melakukan restrukturisasi usaha dan anak-anak usaha agar efisien PGN meluncurkan program sapta PGN yakni program gasifikasi nasional dalam pengelolaan infrastruktur dan investasi dengan menggunakan smart utility yang berbasis teknologi agar excelent dan efisien.
"Operasi PGN didukung berbagai teknologi informasi yang dianggap canggih dan andal untuk memastikan gas yang disalurkan terjaga kontinuitasnya, kuantitas, dan kualitas meliputi teknologi operasional pengelolaan aktiva usaha, pengelolaan kapasitas, keseimbangan gas, kualitas dan kuantitas gas," lanjut Redy.
Direktur Niaga dan Pelayanan PT PLN (Persero) Bob Saril mengatakan PLN saat ini terus berupaya meningkatkan kepuasan pelanggan dan efisiensi melalui smart utility dan digitalisasi. Bob menyebut peranan smart utility sangat penting dalam menjaga kondisi keuangan dan pelayanan listrik kepada pelanggan.
"Pelanggan itu penting, makanya bagaimana kita bisa meningkatkan consumer experience itu tugas utama bagi PLN," ungkap Bob.
PLN, kata Bob, saat ini menjadikan pelanggan sebagai titik fokus utama dari seluruh kegiatan perusahaan. PLN selalu melihat apa yang menjadi kebutuhan pelanggan. "Pelanggan menjadi prioritas, kita harus transformasi untuk memberikan value kepada pelanggan, teknologi ini yang bisa membantu kita mewujudkan itu," lanjut Bob.
Bob menyebut tiga hal yang saling berkaitan dalam industri kelistrikan yakni energy security untuk menjamin ketersediaan energi; energy equity yang mana semua orang harus mendapatkan akses listrik; dan environment sustainability untuk meningkatkan pembangunan yang ramah lingkungan.
"Teknologi sangat memungkinkan pergeseran dari pola konsumsi yang sebelumnya konsumer menjadi prosumer (producer dan consumer)," ucap Bob.
Untuk Indonesia, kata Bob, pertumbuhan permintaan tenaga listrik akan lebih lambat ketimbang periode-periode sebelumnya namun masih diproyeksikan tumbuh sekitar lima persen per tahun dengan sebagian besar masih berbahan bakar fosil, namun muncul sebagai pilihan yang efisien untuk menggantikan diesel.
Bob menyampaikan percepatan adopsi teknologi baru seperti PLTS yang semakin murah daripada bahan bakar fosil dan digitalisasi dalam pembangkitan menjadi keharusan bagi PLN saat ini. Bob menyebut saat ini datang pesaing baru yang mengadopsi value dari digitalisasi seperti Grab atau Go-jek untuk kendaraan listrik, Tokopedia untuk billing, dan perusahaan lokal atap surya.
"Perubahan itu mutlak, jika kita tidak berubah maka pelanggan akan meninggalkan kita. PLN akan bertransformasi dari suplai driven organization menjadi demand driven organization dengan fokus utama pelanggan," kata Bob menambahkan.