Maskapai Kerajaan Arab Saudi Perdana Rekrut Pramugari
Saudia akan merekrut perempuan jadi pramugari untuk pertama kali dalam sejarah
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Maskapai penerbangan Saudi Arabian (Saudia) mengumumkan membuka pintunya bagi perempuan Saudi untuk bekerja sebagai pramugari. Informasi yang disampaikan akhir pekan lalu ini menjadi yang pertama kali sepanjang sejarah.
Alat transportasi udara dengan bendera kerajaan itu mengklarifikasi informasi dengan pernyataan yang menyebutkan pelamar harus minimal lulusan sekolah menengah dengan usia antara 20 hingga 30 tahun. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah bahasa Inggris sesuai dengan tingkat yang dibutuhkan. Tak hanya itu, bagi pelamar berat badan harus sebanding dengan tinggi badan yang sesuai dengan standar Saudi Airlines, serta lulus pemeriksaan kesehatan.
Dilansir di The Jerusalem Post, Senin (21/12), Saudia merupakan maskapai penerbangan berpendapatan terbesar ketiga di Timur Tengah, di belakang Emirates dan Qatar Airways.
Seorang analis dan akademisi yang merupakan kandidat dalam pemilihan dewan kota Riyadh 2015, Karema Bokhary, menyebut dalam lima tahun atau lebih perempuan Saudi akan memiliki hak yang sama. Masyarakat lama-kelamaan akan mengatasi hambatan utama dalam mendapat hak mereka.
"Membiarkan perempuan Saudi bekerja sebagai pramugari merupakan topik yang sangat menarik. Saya akan memantau siapa yang akan mendaftar dan jumlah mereka juga,” kata Bokhary.
Secara historis, Saudi telah melarang perempuan untuk bekerja sebagai wiraniaga, apalagi pramugari. Bokhary menyebut entah bagaimana, posisi-posisi itu dianggap sebagai pelayan.
"Mereka (Saudi) mungkin menganggapnya sebagai penghinaan lebih lanjut bagi perempuan Saudi karena mereka harus melayani, membersihkan, dan menangani permintaan apapun karena itu akan menjadi pekerjaan mereka," kata dia.
Adapun keputusan yang diambil oleh Saudia dianggap menjadi titik kritis yang baik di kerajaan. Dibukanya lowongan pramugari bagi perempuan Saudi berarti menormalkan pekerjaan tersebut dan membuatnya tersedia untuk semua, baik perempuan maupun laki-laki.
Bayaran untuk pekerjaan itu disebut sangat tinggi dan menjadi hal yang penting, karena membuka jalan bagi perempuan yang bukan lulusan universitas untuk bekerja. Pada saat yang sama, keputusan tersebut akan memungkinkan mereka melakukan perjalanan ke banyak tempat.
Bokhary menyebut ada minat besar di dalam negeri mengenai perempuan yang bekerja di bidang baru dengan kondisi serta gaji yang ada.
Dia juga mengindikasikan gerakan untuk mendukung hak-hak perempuan dimulai pada masa pemerintahan Raja Abdullah bin Abdulaziz (2005-2015). Berbagai langkah besar lantas ditempuh di bawah kepemimpinan raja saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz.
“Dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah benar-benar membuka jalan bagi perempuan dan mendukung penuh perempuan Saudi, dan dia tidak mundur. Langit adalah batas mereka, "kata Bokhary.
Bagian utama dari program Saudi Vision 2030 adalah membuat kerajaan tidak terlalu bergantung pada minyak dan perempuan Saudi bekerja di berbagai industri. Hal ini jelas berbeda dari masa lalu, di mana mereka terbatas pada sektor-sektor seperti pendidikan. Riyadh secara terbuka telah berkomitmen untuk meningkatkan pekerjaan perempuan dengan mereformasi ekonomi dan sistem hukum.
Seorang mahasiswi di Universitas Raja Saud Riyadh, Hanaa 'Khayari, bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah restoran. Ia berterima kasih kepada negaranya dan perubahan yang telah dibuat untuk perempuan. Saudi Vision dinilai berperan dalam membuka peluang bagi perempuan.