Harga Beras Diprediksi Stabil Hingga Maret 2021
Kenaikan harga beras di dalam negeri hanya kecil di bwaha Rp 200 per kg.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga beras yang biasa terjadi saat momen akhir dan awal tahun diyakini tidak terjadi pada periode kali ini. Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, hasil proyeksi terakhir menunjukkan pergerakan harga beras cenderung stabil hingga Maret 2021.
"Harga beras cenderung flat, kenaikan hanya kecil di bawah Rp 200 per kilogram. Fenomena ini anomali, berbeda dari pola musiman tahunan di bawah awal tahun cenderung naik cukup tinggi," kata Kepala Bidang Harga Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi kepada Republika.co.id, Senin (21/12).
Inti mengatakan, stabilnya harga beras salah satunya disebabkan penyaluran bantuan sosial dalam bentuk beras yang cukup banyak. Seperti diketahui, pemerintah menggelontorkan berbagai bantuan sosial dalam bentuk komoditas pangan selama pandemi Covid-19 tahun ini.
Dampak dari adanya bansos tersebut, kebutuhan akan beras masyarakat tercukupi. Alhasil pasokan beras di rumah masing-masing cukup besar. "Masyarakat boleh lebih tenang awal tahun karena kenaikan harga beras tidak terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Mengutip proyeksi BKP Kementan, stabilnya harga beras terjadi dari tingkat penggilingan sehingga pada tahap eceran akan terkendali. Tren kenakan dari Desember 2020 hingga Maret 2021 sangat kecil, yakni 0,01 persen. Inti mengatakan, tingkat kepercayaan proyeksi tersebut mencapai 95 persen.
Tren harga pada kali ini jauh berbeda dengan situasi pergantuan tahun 2018/2019 dan 2019/2020. Khusus beras premium pada periode 2018/2019 melonjak hingga kisaran Rp 12.500 per kg dan 2019/2020 pada level yang sama. Namun, harga tersebut masih dibawah harga eceran tertinggi (HET) pemerintah yang sebesar Rp 12.800 - Rp 13.600 per kg tergantung wilayah.
Situasi yang sama juga terjadi untuk beras medium. Pergantian tahun 2018/2019 maupun 2019/2020 harga naik drastis hingga lebih dari Rp 11.000 per kg. Situasi harga itu sudah jauh di atas HET pemerintah sebesar Rp 9.450 - Rp 10.250 per kg.
Ia melanjutkan, stabilnya harga beras pada pergantian tahun 2020/2021 juga ditopang oleh keyakinan adanya surplus beras 2020 sekitar 6,5 juta ton. Jumlah itu sangat mencukupi untuk kebutuhan kuartal pertama 2021.
Lebih lanjut, memasuki April, pasokan akan kembali bertambah karena bertepatan dengan musim panen raya. Sebaliknya, kata Inti, yang perlu diantisipasi adalah penurunan harga gabah maupun beras di tingkat petani. Oleh karena itu, kegiatan penyerapan gabah oleh Bulog harus terus dilanjutkan.
Apalagi, pemerintah telah menaikkan patokan harga pembelian pemerintah (HPP) yang digunakan Bulog dalam membeli gabah petani.
Selain itu, kegiatan distribusi wajib diperlancar. Terutama antarwilayah yang mengalami defisit dan surplus. "BKP akan meminta Bulog mulai aktif menyerap gabah di lokasi-lokasi yang akan panen," ujarnya.