Sumatra Barat akan Kembali Buka Sekolah Tatap Muka

Sekolah tatap muka di Sumatra Barat akan dimulai pada Januari 2021

Republika/Febrian Fachri
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
Rep: Febrian Fachri Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengatakan Pemprov Sumbar akan kembali membuka sekolah tatap muka langsung pada Januari 2021 karena mempertimbangkan psikologis anak-anak peserta didik. Sejak pandemi yang sudah hampir berlangsung 8 bulan, pelajar peserta didik tidak lagi belajar di sekolah bertemu langsung dengan guru dan teman-teman sebayanya.

Baca Juga


Bila sekolah tatap muka masih belum dibuka, pemerintah khawatir tidak baik bagi psikologis peserta didik terutama yang masih dalam masa pertumbuhan.

"Dampak psikosial itu bisa diatasi kalau setidaknya tiga kali dalam seminggu masuk, kalau selama Covid-19 kan tidak ada ke sekolah, makanya terjadi psikososial," kata Irwan di Padang, Senin (28/12).

Irwan mengakui keputusan pembukaan kembali sekolah tatap muka merupakan keputusan berat. Karena sekolah, menurutnya, adalah area dengan risiko tinggi penularan Covid-19. Namun akhirnya tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Gubernur Sumbar menjelaskan akan ada sejumlah kesepakatan dan izin berjenjang mulai dari satuan pendidikan sampai kepada izin orang tua. Sekolah tatap muka akan bergantung izin orang tua murid. Siswa/siswi boleh saja tetap melanjutkan sekolah daring Kalau orang tuanya tidak mengizinkan. Dan orang tua yang mengizinkan juga harus mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah.

 

Ia menerangkan sekolah tatap muka harus menyediakan sejumlah fasilitas untuk pencegahan Covid-19. Sekolah harus menyediakan sarana sanitasi dan kebersihan, toilet bersih dan layak, sarana cuci tangan  pakai sabun, dengan air mengalir atau handsanitizer.

Kemudian sekolah harus mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, menerapkan wajib masker, memiliki termogun untuk pengukur suhu orang yang masuk ke sekolah. Pihak sekolah juga harus memiliki pemetaan warga satuan pendidikan yang memiliki komorbid tidak terkontrol, tidak memiliki akses transportasi yang aman, memiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan risiko Covid-19 yang tinggi, riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi Covid-19 dan belum menyelesaikan isolasi mandiri.

Pembelajaran tatap muka nanti dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat seperti menjaga jarak minimal 1,5 meter. Kemudian untuk kondisi kelas jumlah maksimal peserta didik ditentukan per ruang kelas.

Bagi tingkat PAUD, sebanyak 5 murid dari standar 15 orang peserta didik. Sementara untuk pendidikan dasar dan menengah maksimal 18 murid dari standarnya 36 orang. Kemudian untuk SLB jadi 5 murid dari standar 8 orang peserta didik.

"Sekitar 50 persen belajar tatap muka, dan 50 persen secara daring,  kemudian daring permanen bagi orang tuanya yang tidak mengizinkan dan tetap di rumah saja," katanya menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler