Mau Divaksin? Jangan Minum Miras

Masyarakat diminta tahan diri dari konsumsi miras saat hendak mendapatkan vaksinasi.

AP/Natacha Pisarenko
Perawat Gustavo Rodriguez memberikan suntikan vaksin Sputnik V Rusia untuk Covid-19 kepada Dr. Estefania Zevrnja di Rumah Sakit Dr. Pedro Fiorito di Avellaneda, Argentina, Selasa, 29 Desember 2020.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ilmuwan Rusia yang terlibat dalam pengembangan vaksin Sputnik V mengingatkan masyarakat untuk tidak mendapatkan vaksinasi saat berada di bawah pengaruh alkohol. Kepala Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, Dr Alexander Gintsburg, mengatakan hal tersebut kepada New Scientist.

"Kami sangat menyarankan masyarakat untuk menahan diri dari alkohol selama tiga hari setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19," kata Gintsburg, seperti dilansir laman The Sun.

Pejabat di Rusia telah meminta warganya untuk menghentikan minuman keras jika mereka ingin disuntik vaksin. Rusia adalah salah satu negara pertama yang mengumumkan vaksin, yang dinamai berdasarkan satelit Uni Soviet yang menjadi benda buatan manusia pertama di luar angkasa.

Kabar diumumkan sebelum memulai uji klinis terakhir dan tetap tidak bersertifikat. Sementara itu, dalam pengujian tahap ketiga, mereka melibatkan sekitar 40 ribu sukarelawan.

Vaksin Sputnik V membutuhkan waktu 42 hari untuk menjadi efektif. Selama waktu itu orang harus berhenti minum, menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova.

Baca Juga



Kepala Layanan Federal Rusia untuk Pengawasan tentang Perlindungan Hak Konsumen dan Kesejahteraan Manusia, Dr Anna Popova, yang membantu mengoordinasikan tanggapan Rusia terhadap Covid-19, menyarankan untuk berhenti minum-minum selama dua pekan sebelum suntikan pertama dan selama tiga pekan setelah yang suntikan kedua.

 

Mengingat ada tiga pekan antara dua suntikan tersebut, Popova menyarankan warga berhenti dari minuman keras selama sekitar delapan pekan. Gintsburg, mengatakan ini sebenarnya terlalu ketat, dan menyarankan "pembatasan yang masuk akal" daripada "larangan total".

Menurut Gintsburg, Segelas sampanye selama periode perayaan seharusnya baik-baik saja, tetapi sesi pesta minuman keras kemungkinan besar memiliki efek negatif.

"Penting untuk dipahami bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan dapat secara signifikan mengurangi kekebalan dan oleh karena itu mengurangi efektivitas vaksinasi atau bahkan membuatnya tidak berarti," ujar Gintsburg.

Kadar alkohol tinggi, menurut Gintsburg, dapat menekan antibodi, yaitu protein dalam darah yang membantu menyerang virus. Ia mengungkapkan bahwa aturan ini tidak hanya untuk Sputnik V, tetapi juga untuk vaksin lainnya.

Dia mengatakan cukup jelas untuk menghindari minuman keras untuk vaksin Covid-19, meskipun sejauh ini tidak ada tim peneliti lain yang memperingatkannya. Sudah diketahui umum alkohol dalam jumlah banyak dapat membuat sistem kekebalan tubuh lebih lemah, karena pecandu alkohol lebih mungkin terkena infeksi.

"Peminum berat memiliki banyak masalah dan fungsi kekebalan yang buruk adalah salah satunya," kata ahli imunologi Eleanor Riley dari Universitas Edinburgh.

Dr Popova memperingatkan alkohol akan mengurangi kemampuan tubuh untuk membangun kekebalan terhadap Covid-19 karena itu membebani tubuh.

“Jika kita ingin sehat dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat, jangan minum alkohol,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler