Kematian Nakes Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di Asia

Data Tim Mitigasi IDI menunjukkan, ada 504 nakes meninggal akibat Covid-19.

WAHYU PUTRO A/ANTARA
Seorang tenaga medis yang mengenakan baju hazmat bersiap melapor kepada petugas saat mengantar pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta, Rabu (25/11/2020).
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memperlihatkan, sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 tenaga kesehatan (nakes) yang wafat akibat Covid-19.

IDI juga mencatat, angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia.

Tenaga medis yang wafat terdiri atas 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik.

Menurut pernyataan yang diterima di Jakarta pada Sabtu, para dokter yang meninggal itu terdiri atas 101 dokter umum yang di antaranya adalah empat guru besar, 131 dokter spesialis dengan di antaranya tujuh guru besar serta lima residen. Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

Baca Juga



Peningkatan kematian tenaga medis itu, ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi, merupakan salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi, seperti berlibur, pilkada, dan aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah.

Menurutnya, vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan melakukan vaksinasi, IDI mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.

Ini karena risiko penularan sekarang berada pada titik tertinggi di mana rasio positif Covid-19 pada angka 29,4 persen.

"Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M," ujarnya.

Selain itu, IDI juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk memperhatikan ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan serta tes rutin untuk mengetahui situasi terkini mereka.

Adib menegaskan, perlindungan bagi tenaga kesehatan mutlak diperlukan. Ini karena petugas kesehatan kini menjadi garda terdepan dan benteng terakhir mengingat masih adanya yang abai pada protokol kesehatan.

Dalam pernyataan serupa, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) Ari Kusuma Januarto mengingatkan kepada seluruh ibu hamil untuk menaati protokol kesehatan.

Hal itu penting mengingat ibu hamil memiliki imun yang lebih rendah selama masa kehamilan sehingga sangat rawan tertular atau terpapar virus.

"Meski belum ada penelitian bahwa virus Covid-19 dapat menular pada janin dalam kandungan, tapi ketika seorang ibu hamil sudah terkonfirmasi positif maka bayi yang baru dilahirkan dapat berpotensi tertular juga karena kontak fisik," jelas Ari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler