Tren Makan Sehat di 2021 Menurut Ahli Diet

Pandemi secara tidak sengaja telah mengubah gaya makan sehat sebagian orang.

www.freepik.com
Pandemi secara tidak sengaja telah mengubah gaya makan sehat sebagian orang (Foto: ilustrasi makanan sehat)
Rep: Farah Noersativa Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi secara tidak sengaja telah mengubah gaya hidup sebagian orang. Perubahan ini pun berpengaruh terhadap perubahan pola makan.

Dilansir di laman The Healthy, Ahad (3/1), sebanyak 85 persen orang Amerika melaporkan mengubah kebiasaan makan dan belanja makanan pada 2020. Laporan ini sesuai dengan laporan Survei Makanan & Kesehatan 2020 dari Dewan Informasi Makanan Internasional (IFIC).

Mengingat pandemi masih belum akan berakhir lebih dekat, maka pola makan dan trend makanan pada 2021 pun diprediksi tak akan berubah secara signifikan. Berikut adalah tren makanan sehat teratas yang diharapkan para ahli diet tahun 2020 akan berlanjut hingga 2021.

Baca Juga


Lebih sering memasak di rumah
Makan di restoran atau dine in saat ini masih disarankan untuk dihindari untuk menekan penyebaran virus corona. Oleh karena itu, mengirim makanan dari resto dan memasak di rumah menjadi beberapa cara yang digemari masyarakat untuk makan di era pandemi.

Menurut pendiri Nutrition Starring YOU dan penulis The Protein-Packed Breakfast Club, Lauren Harris-Pincus, RDN, dari sudut pandang nutrisi, memasak di rumah memungkinkan orang untuk mengkonsumsi lebih sedikit lemak, natrium, dan gula tambahan.

“Mudah-mudahan, orang-orang akan memperoleh keterampilan memasak dan mencoba makanan baru yang akan terus mereka konsumsi setelah kehidupan di Amerika kembali ke keadaan normal,” jelas dia.


Belanja bahan makanan secara daring
Berbelanja di supermarket dan pasar tradisional saat ini menjadi pilihan terakhir banyak orang, untuk menghindari kerumunan. Tentu, berbelanja secara daring menjadi pilihan pertama yang sangat praktis dilakukan di era saat ini.

Menurut Coresight Research US Online Grocery Survey 2020, lebih dari separuh dari masyarakat Amerika, telah membeli bahan makanan secara daring tahun ini. Bahkan, angkanya mencapai dua kali lipat dari mereka yang melakukannya dua tahun lalu.

Hal itu merupakan cara yang baik untuk menghindari virus,kuman, dan bakteri yang ada di pasar. Namun, mungkin tidak terlalu bagus tentang kemudahan info nutrisi.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Oktober 2020 di Journal of Nutrition Education and Behavior, sekitar 15 persen makanan yang dijual secara daring, tidak mencantumkan informasi nutrisi atau bahan lengkap. Akibatnya, dibutuhkan lebih banyak kerja keras untuk membuat pilihan yang tepat dan sehat.

Memprioritaskan protein nabati
“Selama pandemi ada kekhawatiran tentang ketersediaan daging mendorong orang untuk mencoba alternatif,” kata Gabby Geerts, RD, ahli diet terdaftar di Green Chef di Boulder, Colorado.

Ada juga masalah keselamatan kerja bagi mereka yang bekerja di pabrik pengepakan daging yang dipaksa untuk tetap buka. Selain itu, semakin banyaknya bukti ilmiah bahwa mengganti daging merah dengan protein nabati dapat menurunkan risiko penyakit jantung.

Geerts mengatakan, ada peningkatan kesadaran dan pendidikan seputar protein nabati. Protein nabati tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, yaitu penurunan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, stroke, peningkatan umur, dan kualitas hidup.


Makanan fermentasi
“Semakin banyak kita belajar tentang makanan fermentasi, semakin kita mendorong konsumsi,” kata Geerts.

Makanan fermentasi memiliki efek positif pada saluran pencernaan dan sistem kekebalan. Geerts mengatakan, makanan fermentasi menyediakan bakteri probiotik yang bermanfaat yang dapat membantu meningkatkan tingkat sel kekebalan pelindung alami yang disebut neutrofil yang beredar di dalam darah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler