Irak Peringatkan Iran dan AS Hormati Kedaulatannya

Irak tak ingin negaranya menjadi awal titik perang.

EPA-EFE/MURTAJA LATEEF
Seorang Pendukung Pasukan Mobilisasi Populer Syiah Irak menyalakan lilin di lokasi serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan jenderal Iran Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil pemimpin milisi Pasukan Mobilisasi Populer di jalan utama Bandara Internasional Baghdad di Baghdad , Irak, 02 Januari 2021.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak memperingatkan Iran dan Amerika Serikat (AS) untuk menghormati kedaulatannya. Hal itu disampaikan dalam rangka peringatan satu tahun pembunuhan mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

“Kami tidak ingin Irak menjadi titik awal untuk menyerang negara-negara tetangga. Amerika dan Iran harus menghormati kedaulatan Irak," kata seorang juru bicara Panglima Angkatan Bersenjata Irak, dilaporkan Iraqi News Agency, Ahad (3/1).

Dia mengatakan, kemampuan tentara Irak sangat baik. Namun lini pertahanan udara perlu diperkuat. "Kami sedang berkomunikasi dengan Suriah untuk mengamankan perbatasan. Kedaulatan Irak adalah garis merah bagi angkatan bersenjata. Setiap serangan antara Amerika dan Iran akan menjadi bencana," ujarnya.

Pada Ahad lalu, puluhan ribu pendukung kelompok paramiliter Irak yang didukung Iran turun ke jalan. Mereka memperingati satu tahun tewasnya Soleimani. Massa meneriakkan slogan anti-Amerika.

Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari tahun lalu. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS.

Baca Juga


Pasca-peristiwa itu, Iran membalas dengan melancarkan serangan misil ke markas tentara AS di Irak. Hal tersebut sempat memicu kekhawatiran pecahnya peperangan.

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler