Israel Bongkar Rumah Penduduk Palestina di Silwan

Izin mendirikan rumah warga Palestina ditolak Israel

Haaretz
Israel bongkar rumah warga Palestina, ilustrasi
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebanyak 21 perintah pembongkaran rumah-rumah Palestina di Silwan terjadi sepanjang Desember tahun lalu. Fakhri Abu Diab (59 tahun), seorang aktivis komunitas dan salah satu dari beberapa penduduk Palestina di wilayah Al-Bustan, kota Silwan, Yerusalem Timur, telah menerima perintah pembongkaran oleh Yerusalem yang dikelola Israel.

Diab membangun propertinya, di mana 13 anggota keluarga tinggal di tiga unit, tanpa izin. Dia mungkin harus segera memutuskan untuk menghancurkan bangunan keluarganya itu.

Sejak 1987, permohonan mendirikan bangunan telah empat kali ditolak izinnya. Jika kotamadya Yerusalem melaksanakan perintah pembongkaran, biayanya bisa menjadi 30 ribu dolar AS. "Jika saya kehilangan rumah, saya tidak punya pilihan lain saat ini selain mendirikan tenda," ujar Diab seperti dilansir laman Aljazirah, Selasa (5/1).

Pemilik rumah dan pengamat khawatir bahwa pemerintah kota dengan dukungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bersiap untuk merobohkan sejumlah besar rumah Palestina di kota Silwan selama beberapa pekan mendatang. Pemilihan parlemen Israel yang ditetapkan pada Maret dan hari-hari terakhir Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih dapat mempercepat langkah tersebut.

"Ada banyak tekanan dari sayap kanan ekstrim baik di dalam kota maupun di tingkat nasional untuk memanfaatkan waktu yang tersisa," kata seorang anggota dewan kota Yerusalem dengan partai sayap kiri Israel Meretz, Laura Wharton.

Wharton memperkirakan jumlah perintah pembongkaran yang berdiri di Yerusalem Timur mencapai 30 ribu. Namun, dia tidak melihat semuanya berada dalam risiko dekat.

Baca Juga


Pada 2020 saja, PBB mencatat 170 penghancuran di Yerusalem Timur saja dan 644 di Area C Tepi Barat yang diduduki. Angka tersebut menunjukkan bahwa ini adalah jumlah pembongkaran tertinggi kedua setelah 2016 sejak PBB mulai mencatat pembongkaran di wilayah Palestina yang diduduki pada 2009.

Pembekuan pembongkaran rumah berpenghuni di Yerusalem Timur mulai berlaku pada 1 Oktober untuk mengekang penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19. Namun, kotamadya Yerusalem tiba-tiba menghentikan pembekuan pada 11 November.

Sementara itu, Silwan yang terletak di selatan tembok Kota Tua telah menjadi sasaran pemukim religius ultranasionalis yang sering memberikan pengaruh atas kota Yerusalem. "Ini menjadi masalah ketika Anda memiliki ekstremis baik di dalam kota maupun di tingkat nasional, seorang PM yang mencoba untuk membuktikan dirinya," kata Wharton.

Sekitar 30 ribu warga Palestina tinggal di Silwan. Banyak dari para penduduk tinggal di rumah di bawah standar dengan insfrastruktur yang buruk.

Sekitar 500 pemukim Yahudi tinggal di permukiman yang tersebar di Silwan. The City of David Foundation, sebuah LSM Israel yang umumnya dikenal sebagai El-Ad (singkatan bahasa Ibrani untuk "To the City of David", didirikan pada 1986 untuk memajukan klaim teritorial melalui arkeologi dan perumahan bagi para pemukim di Silwan.

Pada pertengahan 90-an, situs itu disub-kontrakkan untuk menjalankan City of David Park, yang bermaksud untuk diperluas dari Wadi Hilweh dekat Al-Bustan. Kotamadya Yerusalem secara resmi mengubah nama Al-Bustan menjadi Gan Hamelekh (Taman Raja) dengan alasan bahwa itu adalah taman untuk raja-raja Israel ribuan tahun yang lalu.

Penduduk Palestina di wilayah Al-Bustan secara konsisten memiliki permintaan izin bangunan yang ditolak oleh pemerintah kota karena dianggap sebagai area lanskap terbuka di bawah skema yang disebut Lembah Raja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler