Reaksi Muslim AS Soal Serangan di Capitol
Terjadi serangan di Capitol.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sebuah kelompok hak-hak sipil terkemuka Amerika telah mengutuk serangan terhadap US Capitol. Mereka menggambarkannya sebagai tindakan pemberontakan dengan kekerasan.
“Serangan hari ini di Gedung Kongres AS merupakan puncak dari ekstremisme sayap kanan yang pertama kali dilancarkan Donald Trump di jalur kampanye lima tahun lalu,” kata Direktur Eksekutif Nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), Nihad Awad dalam sebuah pernyataan Rabu (7/1).
Awad menambahkan pendukung Trump yang bersenjata dan menyerbu Capitol AS adalah pemberontak yang kejam.
“Kami berdoa untuk keselamatan semua orang yang terkepung di Capitol Hill, termasuk anggota parlemen dan staf mereka,” tambah dia. Pihaknya mendesak Kongres untuk menuntut Presiden Trum yang bertanggung jawab atas insiden ini dengan mengundurkan diri atau menghadapi pemakzulan.
Hal ini terjadi usai para pendukung Trump yang marah menyerbu Capitol AS pada Rabu dalam protes kacau yang bertujuan menggagalkan transfer kekuasaan secara damai. Mereka memaksa anggota parlemen untuk dilarikan dari gedung dan mengganggu kemenangan Joe Biden dalam Lembaga Pemilihan Umum. Insiden tersebut menewaskan empat orang.
Dilansir About Islam, Jumat (8/1), perwakilan Minnesota, Ilhan Omar yang sering menjadi sasaran Presiden Trump mengumumkan dia tengah menyusun pasal pemakzulan terhadapnya. “Saya sedang menyusun pasal pemakzulan,” tulisnya di akun Twitter @IlhanMN.
“Donald J. Trump harus diberhentikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan dicopot dari jabatannya oleh Senat Amerika Serikat. Kami tidak dapat mengizinkannya untuk tetap menjabat, ini masalah menjaga Republik kami dan kami harus memenuhi sumpah kami," tambah dia.
Beberapa jam setelah massa pendukung Trump masuk ke Capitol AS untuk memprotes hasil pemilu 2020, kongres telah mengesahkan pemilihan Joe Biden dan Kamala Harris. Pengumuman itu dibuat oleh Senator Minnesota Amy Klobuchar pada pukul 03:39 pagi waktu setempat pada Kamis.
Wakil Presiden Mike Pence kemudian mengulangi jumlah tersebut pada pukul 03:40 pagi, pertama untuk presiden, kemudian untuk wakil presiden. Biden akan menggantikan Trump di Gedung Putih pada 20 Januari nanti.