Permintaan Turun, Telur dan Ayam tak Lagi Mahal

Menurunnya permintaan, pasokan yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan secara normal.

ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pekerja memanen telur ayam di Wonokoyo, Malang, Jawa Timur, (ilustrasi). Harga telur ayam sudah kembali normal akibat menurunnya permintaan.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, permintaan terhadap komoditas telur dan daging ayam ras mulai mengalami penurunan. Hal itu berdampak pada mulai turunnya harga telur dan daging ayam ras pada awal tahun ini.

Kepala Bidang Harga Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi, mengatakan seiring dengan menurunnya permintaan, pasokan yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan secara normal. "Harga juga ikut turun," kata Inti kepada Republika.co.id, Ahad (10/1).

Ia menjelaskan, harga telur ayam ras pada tingkat produsen secara nasional sebesar Rp 21.811 per kilogram (kg) turun dari rata-rata bulan lalu yang berkisar Rp 23 ribu per kg.

Adapun harga daging ayam ras juga terus mengalami penurunan menjadi Rp 21.203 per kg dari posisi bulan lalu yang sempat mendekati Rp 24 ribu per kg. Tren harga dua komoditas tersebut di tingkat konsumen mulai mendekati acuan pemerintah untuk kedua komoditas itu yakni Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kg.

Lebih lanjut pada tingkat konsumen, juga mengalami tren penurunan. Masih dari sumber data yang sama, rata-rata nasional untuk telur ayam ras sebesar Rp 26.183 per kg sedangkan daging ayam ras Rp 35 ribu per kg.

Baca Juga


Posisi akhir 2020 lalu, telur ayam ras dihargai hampir Rp 28 ribu per kg secara nasional dan untuk daging ayam ras lebih dari Rp 35 ribu per kg. Adapun acuan harga pemerintah untuk tingkat konsumen yakni Rp 24 ribu per kg untuk telur ayam dan Rp 35 ribu per kg untuk daging ayam ras.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, mengatakan telur dan ayam ras memang sudah mulai stabil. Senada dengan Inti, ia menuturkan bahwa tingkat permintaan terhadap telur dan ayam kembali normal.

Namun, itu juga didorong dengan lemahnya daya beli masyarakat. Mansuri menilai, tingkat permintaan secara umum terhadap komoditas bahan pokok di pasar tradisional tidak tinggi pada awal tahun ini.

"Relaitf belum tinggi, terakhir ada kenaikan permintaan bahan pangan pada momen natal dan tahun baru. Setelah itu, memang turun sampai saat ini," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler