Bukan Cuaca Dingin yang Picu Pilek dan Flu, Lalu Apa?

Banyak orang mengalami pilek dan flu saat cuaca dingin.

flickr
Kasus pilek dan flu banyak terjadi saat cuaca dingin, namun bukan cuaca yang menjadi akar masalahnya.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca yang dingin seperti musim hujan dan salju sering kali dikaitkan dengan kejadian pilek dan flu yang tinggi. Padahal, cuaca yang dingin atau suhu yang turun bukanlah akar masalah dari penyebaran pilek dan flu.

Seperti diketahui, pilek atau salesma umumnya disebabkan oleh rhinovirus. Penyebaran rhinovirus tampak mengalami lonjakan di cuaca dingin, seperti pada akhir musim gugur dan awal musim dingin di Amerika Serikat.

Di lain sisi, flu disebabkan oleh virus influenza. Seperti halnya rhinovirus, virus influenza juga kerap mengalami lonjakan di saat cuaca dingin, seperti pada pertengahan hingga pengujung musim dingin.

Meski begitu, cuaca yang dingin bukanlah akar masalah dari terjadinya lonjakan tersebut. Virus-virus yang menyerang saluran pernapasan cenderung menyebar lebih cepat di kala cuaca dingin karena di momen-momen ini orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan bersama-sama. Situasi seperti ini lebih mempermudah terjadinya penyebaran virus.

"Kebanyakan dari (penyebaran virus yang menyerang saluran pernapasan) itu tidak berkaitan dengan suhu," ujar ahli penyakit menular Dr Daniel Griffin dari ProHEALTH, seperti dilansir Today.

Selain itu, momen liburan juga turut berperan dalam penyebaran virus penyebab pilek dan flu. Sebagai contoh, Griffin mengatakan, lonjakan kasus pilek dan flu seringkali terjadi pascalibur Thanksgiving dan libur Natal.

Minimnya paparan sinar matahari juga dinilai menjadi faktor yang memicu terjadinya lonjakan kasus pilek dan flu di kala cuaca dingin. Seperti diketahui, sinar ultraviolet dari matahari dapat membantu membunuh virus. Namun, paparan sinar matahari minim didapatkan di saat cuaca dingin.

"Di musim dingin, siang hari menjadi lebih pendek, matahari tidak begitu tinggi di langit, sehingga kita mendapatkan lebih sedikit (paparannya)," ungkap Dr Griffin.

Baca Juga


Tak hanya itu, kurangnya paparan sinar matahari cenderung membuat kadar vitamin D di dalam tubuh menjadi lebih rendah. Kondisi ini dapat memengaruhi imunitas yang kemudian membuat tubuh lebih mudah tertular penyakit seperti pilek dan flu.

Alasan lainnya adalah udara yang lebih kering di cuaca dingin. Menurut penelitian, penurunan kelembapan sering kali diikuti dengan kejadian wabah flu, seperti dilansir National Institute of Health.

Perlu diketahui pula bahwa cuaca yang dingin dapat membuat hidung berair. Namun, hal tersebut tidak sama dengan sakit pilek atau flu yang disebabkan oleh infeksi virus. Hidung berair akibat cuaca yang dingin akan membaik ketika seseorang memasuki lingkungan atau ruangan yang hangat dan kering.

"Hidung berair karena suhu dingin tidak sama dengan mendapatkan infeksi virus," jelas Dr Griffin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler