Bekukkan Akun Donald Trump, Saham Twitter Anjlok 6 Persen
Donald Trump memiliki 88 juta pengikut di Twitter.
REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA – Saham Twitter Inc anjlok lebih dari enam persen pada Senin (11/1) setelah langkahnya menangguhkan akun Presiden AS Donald Trump secara permanen. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan investor terkait regulasi jejaring sosial di masa depan.
Pada Jumat (8/1), perusahaan media sosial yang berbasis di San Fransisco tersebut mengatakan, penangguhan akun Trump yang memiliki 88 juta pengikut dilakukan karena risiko kekerasan lebih lanjut setelah penyerbuan Gedung Capitol pada pekan lalu.
Langkah itu menuai kritik dari beberapa perwakilan Partai Republik karena Twitter dinilai menghilangkan hak presiden untuk kebebasan berbicara. Sementara, Komisaris Uni Eropa Thierry Breton mengatakan, peristiwa pekan lalu kemungkinan menandai era baru dalam kontrol media sosial yang lebih berat.
Kanselir Jerman Angela Merkel, yang memiliki hubungan dingin dengan Trump, mengkritik larangan Twitter. Melalui juru bicara, ia memperingatkan, legislator harus memutuskan potensi pembatasan terhadap kebebasan berekspresi.
Perhatian yang dipusatkan kepada Twitter tersebut meningkatkan kecemasan investor. Mereka khawatir, Twitter dapat lebih terkena regulasi dibandingkan pesaingnya yang besar seperti Facebook Inc atau Google dan pemilik YouTube, Alphabet.
Seperti dilansir di Reuters, Senin (11/1), platform media sosial lain termasuk Facebook telah mengeluarkan larangan serupa pada Trump. Tetapi, penurunan saham Twitter sebanyak 12 persen pada Senin (11/1) jauh lebih dalam dibandingkan rekan-rekannya. Facebook turun hampir empat persen, sementara Alphabet merosot dua persen.
Saat konferensi Reuters Next, Direktur Operasional Facebook Sheryl Sandberg mengatakan, jaringan sosial terbesar di dunia tersebut tidak berencana mencabut blokirnya di akun Trump.
Langkah penangguhan akun Trump dan beberapa pendukungnya merupakan pertama kalinya Twitter menangguhkan seorang kepala negara. Anggota parlemen Republik mengecam keputusannya sebagai upaya menahan suara konservatif.
Apple Inc, Alphabet dan Amazon.com Inc juga menangguhkan Parler, jaringan sosial yang disukai oleh banyak pendukung Trump, dari toko aplikasi dan layanan hosting web mereka. Secara efektif, kebijakan ini membuat layanan Parler tidak dapat diakses publik.
Kepala analis di CMC Market Inggris, Michael Hewson, mengatakan, beberapa langkah ini bisa berdampak signifikan terhadap media sosial. "Apakah Anda menganggapnya benar atau tidak, langkah ini dapat membuat mereka kehilangan pengguna lebih lanjut," katanya.