IATA: Maskapai Dunia Butuh Stimulus Tambahan Rp 980 Triliun
Sebelum pandemi, lebih dari 65 juta pekerjaan bergantung pada industri penerbangan.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Maskapai penerbangan dunia membutuhkan 70-80 miliar dolar AS (Rp 980 triliun) dukungan tambahan dari pemerintah untuk melewati krisis yang disebabkan oleh pandemi virus corona. Direktur Jenderal Asosiasi Transportasi Udara International (IATA), Alexandre de Juniac mengatakan bahwa jumlah tersebut diluar 170 miliar dolar AS dana stimulus yang sudah diberikan.
"Dana tambahan untuk mengatasi kesenjangan hingga Juni mendatang," kata de Juniac dilansir di BBC, Senin (18/1).
Mulai Juni IATA berharap ada pelonggaran signifikan pertama dari pembatasan perjalanan, karena dampak vaksin mulai terasa.
Menurut data yang dihimpun IATA, kebijakan pembatasan perjalanan yang dilakukan banyak negara membuat permintaan global untuk penerbangan turun sekitar 60 persen pada tahun 2020 lalu. Tercatat pada tahun 2020 hanya ada sekitar 1,8 miliar penerbangan penumpang, sementara pada tahun 2019 angkanya mencapai 4,5 miliar.
"Dalam industri dimana margin keuntungan sudah tipis, itu berarti maskapai penerbangan diperkirakan telah kehilangan 118 miliar dolar AS, dengan perkiraan yang lebih buruk akan datang," paparnya.
Tidak semua maskapai mampu menahan kerugian tersebut. De Juniac mengatakan sekitar 35-40 maskapai penerbangan telah menghilang. Banyak dari mereka adalah operator penerbangan regional skala kecil, termasuk Flybe yang berbasis di Inggris yang menghilang di awal pandemi.
Perusahaan besar lainnya, seperti Thai Airways dan South African Airways, hanya bertahan berkat dana talangan dan program dukungan pemerintah yang besar.
De Juniac memperkirakan bahwa pada tahun ini kemungkinan besar akan terjadi lagi kebangkrutan tambahan. "Itulah sebabnya diperlukan lebih banyak dukungan pemerintah," ujarnya.
Sebelum pandemi, lebih dari 65 juta pekerjaan bergantung pada industri penerbangan. Bagi maskapai penerbangan yang masih terbang, vaksin virus corona dipandang penting untuk pemulihan dalam perjalanan udara internasional.
IATA sedang mengembangkan aplikasi baru yang diharapkan akan memudahkan penumpang untuk terbang. Aplikasi ini akan mengelola bukti pengujian Covid-19 dan vaksin dengan cara yang memuaskan pemerintah dan maskapai penerbangan di seluruh dunia. Ia berharap dapat meluncurkan aplikasinya secepat akhir Maret 2021.