Pakistan Desak Biden Dorong Pembicaraan Damai Afghanistan
Pembicaraan damai Afghanistan masih berjalan tapi kemajuannya lambat.
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi mengatakan Pakistan memiliki harapan untuk keterlibatan yang lebih besar dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru. Qureshi meminta Presiden AS Joe Biden untuk menindaklanjuti proses perdamaian Afghanistan dan menarik pasukan AS dari negara itu.
Pembicaraan langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban terus berlanjut di Doha, Qatar, tetapi kemajuannya lambat. Di satu sisi, peningkatan kekerasan terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini ditandai dengan lonjakan serangan dan bom yang ditargetkan di seluruh Afghanistan.
Pakistan memfasilitasi pembicaraan intra-Afghanistan dan dialog AS-Taliban. Sekarang, telah menyerukan AS untuk tetap berpegang pada perjanjian tersebut.
“Saya pikir mereka (pemerintahan Biden) harus menyadari ada peluang di Afghanistan dan mereka harus bertahan dengan apa yang mereka mulai dan tidak membalikkan keadaan,” kata Qureshi kepada Aljazirah.
Mantan Presiden AS, Donald Trump mempercepat jadwal penarikan pasukan yang disepakati dengan Taliban pada Februari tahun lalu. Berdasarkan kesepakatan tahun lalu, semua pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada April, namun Pentagon baru-baru ini mengisyaratkan hal itu dapat ditunda jika kekerasan tidak mereda.
“Kami prihatin karena kami merasa kekerasan dapat merusak iklim,” tambah dia.
Menurut Qureshi, Pakistan telah melakukan berbagai cara untuk menciptakan proses perdamaian. Sayangnya, ada oknum yang tidak memiliki visi yang sama, yaitu Afghanistan damai, stabil, dan makmur. Mereka, yang disebut Qureshi “perusak”, dianggap telah mendapat keuntungan dari situasi perang ini.
Konvergensi kepentingan
Dikutip Aljazirah, Jumat (22/1), Biden tidak hanya akan menerima akhir yang rumit dari perang terpanjang di AS, tetapi juga hubungan dengan Pakistan yang memiliki senjata nuklir merosot ke posisi terendah baru selama masa jabatannya sebelumnya. Di bawah mantan Presiden AS Barack Obama, ketika Biden menjadi wakil presiden, hubungan AS-Pakistan ditandai dengan tudingan pahit tentang perang di Afghanistan. AS sering menuduh Pakistan mendukung Taliban dan sekutunya, jaringan Haqqani.
Pada 2018, Trump memangkas bantuan keamanan ke Pakistan sebesar 1,1 miliar dolar Amerika atas tuduhan yang sama. Dia menuduh Islamabad telah memberi AS “kebohongan” dan “tipu daya”.
Hubungan mulai memanas ketika pemerintahan Trump melakukan negosiasi langsung dengan Taliban yang dilakukan terutama oleh utusan khusus AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad yang difasilitasi oleh Pakistan. “Mereka harus mendukung apa yang saya rasa merupakan konvergensi kepentingan,” ujar dia.