Bank Sentral Eropa Terus Kucurkan Stimulus 

Perekonomian Eropa selama ini ditopang oleh dukungan besar-besaran dari ECB

AP Photo/Michael Probst
Seorang warga melintas di jembatan dengan latar belakang Bank Sentral Eropa, Kamis (16/1). Bank Sentral Eropa (ECB) tidak akan mengubah program pembelian obligasi utamanya pada tahun ini, sementara stimulus senilai lebih dari satu triliun euro sudah dalam pipeline untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Rep: Adinda Pryanka Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Bank Sentral Eropa (ECB) tidak akan mengubah program pembelian obligasi utamanya pada tahun ini, sementara stimulus senilai lebih dari satu triliun euro sudah dalam pipeline untuk mendukung pemulihan ekonomi. Kebijakan ini diambil mengingat 19 zona negara euro tersebut mengalami perlambatan ekonomi pada saat musim dingin akibat pandemi.

Baca Juga


Gubernur ECB Christine Lagarde mengatakan, ekonomi Eropa kemungkinan akan kembali berkontraksi pada tiga bulan terakhir tahun 2020. Prospek yang ‘gelap’ kemungkinan masih terus dirasakan ke depannya.

Infeksi virus corona dan kematian telah meningkat selama musim dingin, yang mengarah pada pembatasan baru terhadap dunia usaha. Jerman telah memperpanjang penguncian parsial hingga 14 Februari, sementara Prancis memberlakukan jam malam pukul 6 sore dan Portugal mencapai rekor dalam jumlah kasus.

Lagarde mengatakan, vaksinasi merupakan tonggak penting untuk pandemi, namun wabah terus menimbulkan risiko serius terhadap zona euro dan ekonomi global. Ia menekankan, prospek bank untuk pertumbuhan 3,9 persen pada tahun ini masih dipertahankan.

"Kami telah mengantisipasi kelanjutan dan langkah-langkah lockdown yang ada saat ini dan itu membuat kami menyimpulkan, proyeksi kami untuk tahun 2021 masih berlaku," ujarnya, seperti dilansir di AP News, Kamis (21/1).

Lagarde mengatakan, stimulus moneter yang cukup tetap dibutuhkan. Apabila keadaan menjadi lebih buruk dibandingkan yang diharapkan, semua instrumen dapat disesuaikan dan tidak ada stimulus yang dihentikan.

 

Perekonomian Eropa selama ini ditopang oleh dukungan besar-besaran dari ECB, pemerintah nasional dan UE. Keputusan ECB untuk tidak mengurangi program stimulus utamanya sudah lama diproyeksikan ketika mereka menambah stimulus dosis besar pada pertemuan bulan lalu.

Saat itu, Dewan Gubernur menambahkan 500 miliar euro untuk membeli obligasi stimulus darurat pandemi, sehingga total menjadi 1,85 triliun euro atau 2,2 triliun dolar AS. Mereka juga memperpanjang pembelian reguler hingga setidaknya Maret 2022.

Pembelian obligasi merupakan cara untuk memompa uang yang baru dibuat ke dalam perekonomian. Tujuannya, menaikkan inflasi dari tingkat yang saat ini dianggap terlalu rendah. Pembelian tersebut juga menekan suku bunga pasar sehingga perusahaan dapat mengakses kredit yang mereka butuhkan untuk melewati resesi pandemi.

Salah satu hasil dari pembelian tersebut adalah, pemerintah dapa mtenggunakan pasar obligasi untuk meminjam dengan murah. Pasalnya, defisit anggaran mereka melebar karena pengeluaran yang bertambah untuk memberikan dukungan kepada masyarakat dan dunia usaha. Misalnya, membayar gaji pekerja yang dirumahkan untuk menghindari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Stimulus tambahan sedang dalam perjalanan, yakni dana 750 miliar euro dari UE, yang diberikan untuk mendukung pemulihan melalui pinjaman bersama oleh negara-negara anggota. Langkan ini merupakan upaya solidaritas dan integrasi lebih lanjut di antara 27 anggota UE.

Dana tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek-proyek yang mengurangi emisi karbon dioksida, gas rumah kaca utama yang menyebabkan perubahan iklim dan mempromosikan penyebaran teknologi.

Komisi eksekutif UE memperkirakan, ekonomi zona euro menyusut 7,8 persen sepanjang 2020. Angka resmi akan dirilis pada 2 Februari.

 

Bank juga membiarkan suku bunga tidak berubah yakni nol untuk pinjaman jangka pendek dari ECB ke bank dan minus 0,5 persen untuk simpanan yang ditinggalkan di ECB oleh bank. Tingkat suku bunga negatif merupakan bentuk ‘hukuman’ yang diharapkan dapat mendorong bank untuk meminjamkan uang kepada masyarakat dan dunia usaha dibandingkan menyerahkan ke ECB.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler