Varian Baru Corona Lebih Mematikan daripada Virus Awalnya?

Varian baru virus corona dari Inggris disebut lebih menular dan lebih mematikan.

REUTERS/CARL RECINE
Jamaah masjid Al Abbas Islamic Center, Balsal Heath, Birmingham Inggris menerima suntikan vaksin Covid-19, Kamis (21/1). Vaksin Covid-19 diyakini tetap manjur untuk varian baru virus penyebab Covid-19.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Strain baru hasil mutasi dari virus penyebab Covid-19 diklaim lebih mematikan antara 30 dan 90 persen daripada sebelumnya. Terlepas dari itu, para ilmuwan mengungkapkan bahwa vaksin yang tersedia hampir pasti masih tetap efektif.

Tiga kelompok ahli terpisah penasihat Pemerintah Inggris telah melihat dampak varian baru yang lebih menular dan juga berdampak kematian. Dilansir laman media Inggris, The Sun, Sabtu (23/1), para peneliti menyimpulkan bahwa jenis baru antara 29 dan 91 persen lebih mungkin untuk merenggut nyawa orang di Inggris yang terinfeksi.

Tiga penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil berbeda, kendati tetap satu konteks. Misalnya, London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan, varian baru 1,35 kali lebih mematikan, Imperial College London mengeklaim antara 1,36, atau 1,29 (tergantung pada metode yang digunakan), dan University of Exeter menemukan 1,91 kali lebih mematikan.

Penelitian ini didasarkan pada beberapa ratus kematian. Para ilmuwan mengikuti penderita Covid-19 dari mulai terjadinya infeksi hingga kematian.

Neil Morris Ferguson, ahli epidemiologi Inggris dan profesor biologi matematika, mengonfirmasi penelitian baru telah menemukan lebih banyak orang sekarat dengan infeksi varian baru. Menurutnya, hasil studi adalah kemungkinan yang realistis bahwa varian baru Inggris meningkatkan risiko kematian, tetapi masih banyak ketidakpastian yang tersisa. Penelitian yang ada  konsisten di berbagai kelompok usia, wilayah, dan etnis.

“Namun, hanya delapan persen kematian yang mengandung informasi tentang strain apa yang mereka miliki,” kata profesor yang mengkhususkan pada penyakit menular pada manusia dan hewan itu.

Profesor Neil Ferguson, yang juga berasal dari NERVTAG, mengatakan kondisi ini layaknya “setengah kesempatan”. NERVTAG yang merupakan Grup Penasihat Ancaman Virus Pernapasan Baru, sub-komite SAGE, menemukan bahwa ada "kemungkinan realistis" varian baru mengakibatkan peningkatan risiko kematian.

“Para ilmuwan menggunakan istilah "kemungkinan realistis" ketika mereka hanya yakin 40 hingga 50 persen bahwa sesuatu itu benar,” demikian bunyi dokumen NERVTAG.

Sebelumnya SAGE, Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat, memperingatkan bahwa para ilmuwan hanya meyakini 50 persen bahwa strain mutan asal Kent, Inggris bisa lebih mematikan. Dalam dokumen yang dirilis menunjukkan bahwa para ilmuwan memperkirakan varian baru, 56 persen lebih dapat ditularkan daripada jenis lainnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, memperingatkan ada "bukti" lebih banyak orang yang sekarat daripada sebelumnya. Strain baru membunuh lebih banyak orang Inggris bukan hanya menyasar usia lanjut.

Baca Juga


PM mengaku telah diberi tahu bahwa selain menyebar lebih cepat, ada beberapa bukti varian baru terkait dengan tingkat kematian yang lebih tinggi. Tingkat infeksi yang ada juga sangat tinggi.

Boris memperingatkan jumlah kematian akan terus meningkat, setidaknya untuk beberapa waktu mendatang. Satu dari sepuluh orang dewasa sekarang divaksinasi, sementara 40.261 kasus Covid baru dilaporkan dalam 24 jam terakhir dan 1.401 kematian.

Fisikawan Patrick Vallance menyatakan, varian dominan baru itu "jelas mengkhawatirkan". Strain baru, yang pertama kali ditemukan di Kent, sudah lebih mudah ditularkan daripada virus yang lebih dulu ada. Artinya, menginfeksi lebih banyak orang di Inggris.

Vallance mengatakan bahwa 13 atau 14 orang per 1000 akan mati karena strain baru dibandingkan dengan sekitar 10 dari strain lama. Belum banyak informasi tentang varian Afrika Selatan dan Brasil serta tingkat kematiannya. Namun, kemungkinan lebih mengkhawatirkan dan kurang rentan terhadap vaksin.

“Itu pasti lebih memprihatinkan dan kami perlu terus melihatnya dan mempelajarinya,” tambahnya.

Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, vaksin kemungkinan 50 persen kurang efektif terhadap strain Afrika Selatan yang baru. Dia mengatakan, ada "bukti di domain publik" yang menunjukkan varian baru lebih tahan terhadap suntikan, tetapi para ilmuwan masih melakukan pengujian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler