Pengamat: Investasi Asing Naik karena Proyek Smelter China

Realisasi investasi asing pada kuartal IV 2020 naik 5,5 persen secara tahunan.

Pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Investasi
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, realisasi investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal IV 2020 naik 5,5 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebesar Rp 105,3 triliun kini menjadi Rp 111,1 triliun. 

Baca Juga


Ekonom Instute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, kenaikan PMA lebih didominasi oleh berlanjutnya proyek smelter dan pertambangan yang dikelola China. "Ini terlihat dari porsi investasi di luar jawa yang cukup besar atau lebih dari 51 persen, sementara 3 negara teratas investasi yaitu Singapura, China, dan Hong Kong," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (25/1).

Beberapa investasi China, kata dia, mengalir lewat jalur singapura. Sementara dilihat dari kualitas, baik terhadap serapan kerja dan kualitas lingkungan hidup, dominasi PMA asal China harus jadi perhatian. 

"Memang sulit di masa pandemi menarik investasi tapi harus tetap selektif. Pilih pilih investasi yang berkualitas dan jumlah TKA-nya (Tenaga Kerja Asing) tidak besar," jelas Bhima. 

Dalam konferensi pers hari ini, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menuturkan, disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja membuat investor asing berdampak positif membawa investasi asing ke dalam negeri. Hanya saja, Bhima menilai, UU Cipta Kerja sepertinya bukan faktor utama investasi masuk. 

 

"Toh masih banyak peraturan teknis UU cipta kerja berbentuk PP yang belum disahkan," kata dia. Sebagai informasi, total realisasi investasi pada kuartal IV 2020 sebesar Rp 214,7 triliun. Angka itu tumbuh 3 persen secara year on year (yoy), sebelumnya pada kuartal IV 2019 sebesar Rp 208,3 triliun. 

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menambahkan, meski pandemi masih terjadi, tapi beberapa investasi jangka panjang yang sudag dijadwalkan sejak awal masih terus berjalan.

"Investasi yang mundur atau bahkan tidak jadi utamanya yakni investasi yg benar-benae baru akan dilaksanakan. Sementara investasi yang sudah berjalan terus dilanjutkan, ini yg menyebabkan investasi masih terjadi pada 2020," jelas Piter saat dihubungi Republika, Senin (25/1).

Tahun ini, kata dia, pandemi diyakini akan mereda dan berakhir. Hal itu diyakini akan membangkitkan perekonomian. 

"Konsumsi kembali meningkat yang kemudian mendorong investasi. Di sisi lain pemerintah Juga sudah akan mengimplementasikan UU Cipta Kerja. Hal ini juga akan mendorong masuknya investasi," jelas Piter. 

Maka pada 2021, lanjutnya, investasi diyakini akan tumbuh positif. Dengan begitu, target BKPM bisa tercapai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler