Negara-Negara Asia Ini Dihantam Badai Inflasi

Indonesia salah satu negara Asia yang mengalami inflasi pada Januari lalu.

Inflasi (ilustrasi)
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Level inflasi mencatatkan nilai tinggi di beberapa bagian Asia dan sekitarnya, namun tidak sedikit juga yang berada di level rendah. Hal ini mempengaruhi kebijakan bank sentral untuk lebih mendukung ekonomi di wilayah yang memimpin pemulihan dari pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga


Berikut sekilas gambaran inflasi di Asia, dimulai dengan negara-negara yang sedang mengalami peningkatan, seperti dilansir di Bloomberg, Senin (1/2).

Filipina

Inflasi negara ini mencapai level tertinggi selama dua tahun terakhir, yakni 3,5 persen pada Desember, didorong oleh kenaikan tajam harga pangan. Topan yang terjadi berturut-turut pada kuartal keempat dan penyebaran demam babi Afrika yang terus berlanjut menghantam stok makanan Filipina yang rantai pasokannya sudah di bawah tekanan akibat lockdown lokal.

Bank sentral Filipina menilai, kenaikan inflasi kemungkinan akan terjadi sementara saja. Inflasi akan bertahan di atas titik tengah dari target dua sampai empat persen pada paruh pertama 2021, kemudian turun hingga di bawah tiga persen.

Indonesia

Inflasi Indonesia telah kembali ke level seharusnya. Tapi, level pada Desember merupakan tertinggi selama enam bulan terakhir membuat beberapa ekonom waspada bahwa hal itu akan mendorong bank sentral memangkas stimulus moneternya.

Inflasi tetap moderat di 1,55 persen pada Januari dan diperkirakan kembali dalam kisaran target Bank Indonesia (BI), dua sampai empat persen, tahun ini. Langkah stimulus pemerintah dan penguatan permintaan konsumen akan menjadi faktor pendorongnya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, ia memiliki ruang cukup untuk relaksasi apabila memang dibutuhkan. Ekonomi terbesar Asia Tenggara ini bersiap untuk kemungkinan resesi jika pandemi berlangsung lebih lama dari yang diharapkan.

 

Selandia Baru

Inflasi di Selandia Baru lebih kuat dari perkiraan ekonom pada kuartal keempat, menguatkan kemungkinan bank sentral tidak perlu memangkas suku bunga lebih jauh. Harga konsumen naik 1,4 persen dari tahun sebelumnya, sesuai dengan proyeksi kuartal ketiga.

Bank sentral memperkirakan, inflasi akan turun di bawah kisaran target satu sampai tiga persen tahun ini, menunjukkan kebijakan moneter akan tetap longgar. Tapi, ekonomi telah pulih lebih cepat dari proyeksi dan tanda-tanda tekanan harga membuat kemungkinan bank sentral tidak perlu meningkatkan stimulus.

 

China

Harga konsumen China naik pada Desember setelah sempat turun pada bulan sebelumnya. Sementara, deflasi pada harga pabrikan mereda, memberikan lebih banyak bukti pemulihan ekonomi China.

Indeks harga konsumen naik 0,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar didorong oleh biaya makanan. Deflasi harga pabrik menyempit, dengan indeks harga produsen turun 0,4 persen, dibandingkan penurunan 1,5 persen pada November.

 

India

Inflasi harga konsumen naik 4,59 persen pada Desember, jauh di bawah 6,9 persen pada November. Penurunan tajam harga pangan menjadi faktor utamanya. Bank sentral India menargetkan inflasi di level dua sampai enam persen pada tahun lalu.

Korea Selatan

Inflasi Korea Selatan sedikit meningkat pada Januari karena konsumen menumpuk bahan makanan jelang liburan Tahun Baru Imlek akhir bulan ini. Harga konsumen naik 0,6 persen dari tahun sebelumnya, setelah naik 0,5 persen pada Desember.

Gubernur Bank Korea Lee Ju-yeol telah berjanji untuk terus mendukung perekonomian. Tapi, ia juga memperingatkan terhadap pinjaman berlebihan yang telah memicu reli di saham negara dan pasar properti.

Jepang

Penurunan inflasi utama Jepang semakin dalam pada Desember karena penyebaran virus corona gelombang berikutnya yang membebani perekonomian. Harga konsumen, tidak termasuk makanan segar, turun satu persen dari tahun sebelumnya, dengan penurunan biaya energi mempercepat penurunan.

Bank sentral akan membiarkan pengaturan kebijakan utamanya tidak berubah. Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kurodo ebrusaha untuk tetap membuka semua opsi untuk tinjauan kebijakan pada Maret. BoJ mempertahankan proyeksi pertumbuhan harga tidak mungkin memenuhi target dua persen sebelum awal 2023.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler