Webinar PPI Turki: Bangun Kebersamaan Pemuda Diaspora

Musta PPI Turki bertema "Bersama Diaspora Menuju Indonesia Emas 2045".

Istimewa
Tangkapan layar acara webinar Musta PPI Turki 2021 bertemakan "Bersama Diaspora Menuju Indonesia Emas 2045", Ahad (7/2/2021).
Red: Nur Hasan Murtiaji

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki menggelar seminar secara online (webinar) pada Ahad (7/2/2021). Webinar ini berkaitan dengan Musyawarah Tahunan (Musta) PPI 2021 yang bertemakan "Bersama Diaspora Menuju Indonesia Emas 2045".


Hadir dalam webinar ini mantan menteri Pemuda dan Olahraga Dr Adhyaksa Dault dan Komisaris Bank Syariah Indonesia Arief Rosyid. Sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (8/2), webinar diawali sambutan oleh Konsul Jenderal Indonesia di Turki, Imam As'ari. Webinar ini diikuti ratusan peserta yang berada di Indonesia, Turki, dan negara lainnya.

Dalam paparannya, Adhyaksa menyampaikan peran penting pemuda. Mantan ketua Kwarnas Gerakan Pramuka ini menekankan agar pemuda tidak bersikap individualis. "Banyak sekarang ini yang hidup seperti sekadar naik lift. Cuma mikir yang penting cepat sampai tujuan, lalu selesai begitu saja," kata Adhyaksa.

Menurut Adhyaksa, harus ada bakti pemuda untuk bangsa Indonesia. Pemuda diharapkan jangan hanya berpikir menyelesaikan kuliah, mendapatkan kerja, berumah tangga, membuka bisnis, dan kemudian selesai tugasnya. "Kalau semua diaspora memilih untuk berbakti dari jauh, lantas siapa yang akan mengolah bangsa ini?" kata Adhyaksa.

"Jangan hidup individualis lalu jadi pragmatis kepada bangsa. Kebersamaan adalah hal yang utama," katanya menambahkan yang disambut semangat para peserta.

Menjawab pertanyaan salah satu peserta, bagaimana menghadapi birokrasi yang terkadang seolah kurang menghargai potensi pemuda yang menimba ilmu di luar negeri, Adhyaksa menyampaikan bahwa tak sedikit orang yang mendapatkan kekuasaan mobilitas vertikal hanya karena faktor kedekatan. "Kedekatan dengan pimpinan partai, kedekatan dengan para birokrat, dan lain-lain," jelasnya.

Dia menegaskan bahwa inilah kelemahan bangsa kita yang harus diubah. "Menjadi pemuda itu harus memiliki 3A untuk sukses: aset, akses, dan accept," kata Adhyaksa.

Di pengujung acara, Adhyaksa menekankan agar pemuda terus optimistis, tidak asal bekerja. "Kalau sekadar bekerja semua orang bisa, tapi tidak semua orang memiliki optimisme, dan orang yang optimis akan selalu mendapat ridha Allah," katanya.

Adapun Arief Rosyid menyatakan agar pemuda memiliki mental yang superior. Kebersamaan membangun bangsa adalah salah satu kunci. "Kawan-kawan harus saling bantu dengan pemuda-pemuda yang ada di Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas," kata Arief yang juga mantan ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.

Setelah webinar berakhir, acara dilanjutkan dengan sejumlah penampilan musik dan pertunjukan sulap oleh mahasiswa Indonesia yang berada di Turki. Rangkaian acara ini masih berlanjut hingga acara inti Musta PPI Turki 2021, yakni sidang yang akan digelar pada 19-21 Februari mendatang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler