Rasulullah Sholatkan Jenazah Munafik dan Reaksi Sahabat
Rasulullah SAW mensholati jenazah pentolan munafik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW pernah memsholatkan jenazah seorang pentolan munafik yang bernama Abdullah ibn Ubay ibn Salul. Para sahabat Nabi pun kaget melihat Rasulullah mensholatkan orang munafik.
Sesepuh Ma’had Aly Salafiyah Syafiiyah Situbondo Jawa Timur, KH Zainul Mu’in Husni, dalam tulisannya di Tanwirul Afkar menjelaskan, di mata para sahabat, Abdullah ibn Ubay bukan sekadar munafik, tetapi juga mempunyai setumpuk dosa yang tak terampuni, baik terhadap pribadi Rasulullah maupun umat Islam. Abbdullah pernah berkata kepada Rasulullah dengan nada penuh kebencian:
سمِّن كلبَك يأكلك “Gemukkan anjingmu biar nanti dia memakanmu.” Selain itu, Abdullah juga yang berkata pada teman-temannya sebagaimana direkam oleh Allah SWT dalam Alquran:
هُمُ ٱلَّذِینَ یَقُولُونَ لَا تُنفِقُوا۟ عَلَىٰ مَنۡ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ حَتَّىٰ یَنفَضُّوا۟ۗ وَلِلَّهِ خَزَاۤىِٕنُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ لَا یَفۡقَهُونَ یَقُولُونَ لَىِٕن رَّجَعۡنَاۤ إِلَى ٱلۡمَدِینَةِ لَیُخۡرِجَنَّ ٱلۡأَعَزُّ مِنۡهَا ٱلۡأَذَلَّۚ وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِینَ لَا یَعۡلَمُونَ، [المنافقون: ٧-٨].
“Merekalah yang berkata: “Janganlah kalian bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah). Padahal hanyalah milik Allah kekayaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak kunjung mengerti. Merekalah yang berkata (kepada orang-orang Anshar): “Sungguh, jika kita kembali (dari Perang Bani al-Musthaliq) ke Madinah, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan hanyalah milik Allah, Rasul Allah dan kaum Mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak tahu.” (QS Al-Munafiqun: 7-8).
Semua itu tak begitu saja terhapus dari benak para sahabat. Oleh karena itu, menurut Kiai Zainul Mu'in, saat melihat Rasulullah berdiri untuk mensholatkan janazah pentolan munafik, mereka segera bereaksi.
Umar bin Khattab RA yang dikenal paling tanggap dan tegas di antara mereka segera mendekati Rasulullah. Umar sendiri menuturkannya sebagaimana diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari Ibn Abbas:
“Setelah Abdullah ibn Ubay ibn Salul meninggal dunia, Rasulullah diundang untuk mensholatkan janazahnya. Begitu Rasulullah berdiri untuk mensholatkannya, aku berkata:
“Wahai Rasulullah, engkau akan mensholatkan Abdullah bin Ubay? Bukankah dia pernah berkata begini dan berbuat begitu…?” (Aku sebut dosa-dosa dia selama ini). Rasulullah tersenyum, lalu bersabda: “Mundur, Umar.” Tapi aku tak henti-hentinya berbicara. Akhirnya Rasulullah bersabda:
“Umar, aku telah diberi pilihan oleh Allah dan aku pun memilih. Sungguh, andai aku tahu bahwa jika aku beristighfar untuk Abdullah lebih dari tujuh puluh kali maka Allah akan mengampuninya, niscaya akan kulakukan.”
Rasulullah pun segera mensholatkannya, lalu setelah itu beliau pulang. Hanya selang beberapa saat kemudian, turunlah ayat berikut:
وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ “Dan janganlah kau sholatkan siapa pun di antara mereka dan jangan berdiri di atas kuburnya. Mereka telah ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mati dalam keadaan fasiq.” (QS At-Taubah: 84)
Kemudian, mengakhiri penuturannya, Umar berkata: “Aku sendiri heran kok begitu beraninya aku pada Rasulullah saat itu.”
Dalam riwayat Imam Muslim, Ibn Umar RA menuturkan bahwa begitu Abdullah bin Ubay meninggal, putranya yang juga bernama Abdullah, sowan kepada Rasulullah untuk memohon baju beliau untuk dikafankan kepada mendiang ayahnya. Rasulullah pun mengabulkannya. Kemudian dia mohon agar Rasulullah berkenan mensholatkan janazahnya dan beliau pun mengabulkannya.
Begitu Rasulullah berdiri untuk mensholatkannya, Umar mendekat lalu sambil menarik-narik baju beliau, Umar berkata: “Wahai Rasulullah, engkau akan mensholatkannya, padahal Allah telah melarangmu berdoa untuknya?” Beliau menjawab, “Wahai Umar, Allah tak lebih hanya memberiku pilihan dengan firman-Nya:
إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ “Jika engkau beristighfar untuk mereka tujuh puluh kali, Allah tetap tak akan mengampuni mereka.” (QS At-Taubah: 80).
Lalu Rasululullah bersabda: “Aku akan beristighfar untuknya lebih dari tujuh puluh kali.”
Berdasarkan cerita di atas, menurut, Kiai Zainil Mu'in, sangat besar kasih sayang Rasulullah kepada semua orang, bahkan termasuk mereka yang jelas-jelas bersikap ambivalen terhadap Islam dengan penegasan Allah SWT sendiri.