Penerbitan Obligasi dan Sukuk Korporasi Bakal Lebih Ramai

Per 16 Februari 2021, di pipeline BEI ada 3 emisi sukuk dan 7 emisi obligasi.

The middle east magazine online
Sukuk (ilustrasi)
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbitan surat utang korporasi baik berupa obligasi maupun sukuk diperkirakan akan lebih ramai pada tahun ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya sudah ada 10 emisi surat utang yang mengantre untuk diterbitkan. 

Baca Juga


Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, emisi tersebut berasal dari 8 Perusahaan Tercatat. Diantaranya terdapat perusahaan yang menerbitkan obligasi dan sukuk secara bersamaan.

"Per 16 Februari 2021, di pipeline BEI ada 3 emisi sukuk dan 7 emisi obligasi dengan total emisi yang akan diterbitkan sebesar Rp 10,5 triliun," kata Nyoman, Selasa (16/2).  

Adapun emisi obligasi dan sukuk baru yang telah dicatatkan hingga 16 Februari 2021 mencapai Rp 5,11 triliun. Sementara total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai saat ini berjumlah 473 emisi dari 130 emiten dengan nilai nominal outstanding Rp 427,09 triliun dan 47,5 juta dolar AS.

Nyoman mengakui, penerbitan obligasi dan sukuk pada tahun 2020 cukup melambat karena pandemi Covid-19. Namun, pada tahun ini outstanding obligasi dan sukuk korporasi mulai menunjukkan pertumbuhan.

 

Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi katalis bagi pendanaan korporasi di pasar modal, antara lain kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif. Ruang penurunan suku bunga akan berlanjut sehingga akan menurunkan cost of fund penerbitan surat utang korporasi.

Faktor selanjutnya yaitu momentum prospek pemulihan ekonomi 2021. Perusahaan mulai membutuhkan pendanaan kembali untuk membiayai ekspansi yang sempat tertunda di tahun 2020. Perusahaan juga membutuhkan dana untuk refinancing atas utang jatuh tempo. 

Selain itu, penerbitan surat utang korporasi juga akan terdorong stimulus dari bank sentral sehingga meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Penempatan dana perbankan di pasar obligasi diperkirakan meningkat. 

Faktor yang tidak kalah penting yaitu adanya tren pelemahan dolar AS di tengah kebijakan akomodatif AS. Hal ini akan diperkirakan akan membuat aliran dana asing kembali ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi.

"Secara umum kondisi tersebut memberikan optimisme akan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan penerbitan obligasi dan sukuk di tahun ini lebih kondusif dibandingkan tahun 2020," tutur Nyoman. 

Adapun terkait dengan peluang penerbitan obligasi dan sukuk di tahun ini dapat dilihat pada aspek likuiditas obligasi dan sukuk di pasar sekunder. Berdasarkan data BEI, sepanjang tahun 2020 peningkatan investor di Pasar Modal yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami kenaikan 56 persen mencapai 3,88 juta investor. 

Kenaikan investor ini melonjak empat kali lipat dalam empat tahun terakhir. Menurut Nyoman, kondisi tersebut memberikan optimisme akan likuiditas obligasi maupun sukuk, dimana dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang menarik bagi investor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler