Sinyal Jokowi Tetap Batasi Mudik Lebaran
Jokowi mengacu pada data statistik yang menunjukkan terjadinya lonjakan kasus Covid.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi sinyal untuk tetap membatasi pergerakan masyarakat saat periode mudik Lebaran pada Mei 2021. Jokowi mengacu pada data statistik yang menunjukkan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 setiap usai libur panjang.
Kondisi ini, Jokowi mengatakan, cukup memberi pelajaran kepada pemerintah untuk menyusun langkah antisipatif pada libur panjang selanjutnya. Jokowi merinci, sepanjang 2020 lalu masyarakat Indonesia melalui empat kali periode libur panjang.
Seluruh periode libur panjang tersebut selalu menyumbang lonjakan kasus Covid-19 hingga lebih dari 40 persen. "Ini yang terakhir (Imlek) yang belum kelihatan. Tetapi yang tahun baru dan sebelumnya lebih dari 40 persen. Ini saya sudah ngomong jangan diulangi lagi, sudah. Jangan diulang lagi, Kita sudah 4 kali mengalami, kalau kita ulang lagi kebangetan kita," ujar Jokowi dalam dialog bersama sejumlah pimpinan media massa di Istana Merdeka, Rabu (17/2) lalu.
Hanya, Jokowi menambahkan, pembahasan kebijakan mudik Lebaran masih dirampungkan di level Kementerian Koordinator. Berbagai opsi dipertimbangkan, termasuk apakah menerapkan kebijakan pembatasan libur Lebaran seperti 2020 lalu atau ada alternatif lain.
"Mengenai mudik ini masih dibicarakan dengan antar-menko. Apakah seperti tahun lalu (atau opsi lain). Hanya modelnya seperti apa itu yang belum bisa kita sampaikan mengenai mudik," kata Jokowi.
Perkara lonjakan kasus Covid-19 setiap usai libur panjang sempat dijelaskan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Mengutip laporan satgas, sepanjang Maret-Juli 2020 lalu jumlah kasus aktif naik dari hanya 1.107 kasus menjadi 37.342 kasus.
Kenaikan tersebut dicapai dalam kurun waktu dua bulan. Peningkatan kasus aktif saat itu juga diikuti peningkatan testing mingguan hingga 50 persen. "Pada periode ini, peningkatan dibarengi dengan event libur panjang Idul Fitri pada tanggal 22 sampai 25 Mei 2020," kata Wiku.
Kemudian beranjak ke bulan Agustus-Oktober 2020, kasus aktif menanjak dari 39.354 orang menjadi 66.578 orang. Peningkatan tersebut juga dicapai dalam dua bulan, sejalan dengan kenaikan kapasitas testing mingguan mencapai 40 persen.
Bersamaan dengan itu, persentase daerah yang tak patuh protokol kesehatan naik dari 28,57 persen menjadi 37,12 persen. "Pada periode ini bersamaan dengan event libur panjang saat HUT RI dan Tahun Baru Islam," kata Wiku.
Berlanjut ke November-Desember, lonjakan kasua aktif semakin menjadi-jadi. Kenaikan tertinggi terjadi dalam periode ini. Kasus aktif naik dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 orang hanya dalam waktu satu bulan saja.
Kondisi ini dibarengi dengan peningkatan kapasitas testing yang relatif rendah dan jumlah daerah yang tidak taat protokol kesehatan bertambah menjadi 48 persen. "Pada periode ini kita sempat melewati event libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW," kata Wiku.
Sementara untuk libur akhir tahun 2020, terlihat ada lonjakan kasus cukup signifikan pada Januari 2021. Bahkan, rekor kasus harian tertinggi tercatat pada Sabtu (30/1) dengan nyaris 15.000 kasus dalam sehari.