Memanfaatkan Teknologi Nuklir untuk Covid-19
Pemanfaatannya saat ini sudah banyak dilakukan untuk mendiagnosis penyakit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi tenaga nuklir bisa menjadi salah satu hal yang membantu penanganan pasien Covid-19. Pemanfaatan saat ini sudah banyak dilakukan untuk mendiagnosis penyakit.
Kepala Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN, Rohadi Awaludin menjelaskan, salah satu hal yang berbahaya bagi penderita Covid-19 adalah ketika pasien tersebut memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Penyakit komorbid ini kerap kali menjadi alasan seorang penderita Covid-19 mengalami kondisi kritis dan bahkan sampai meninggal.
Mengetahui komorbid bisa memanfaatkan teknologi tenaga nuklir. Rohadi menjelaskan, salah satu pemanfaatan tenaga nuklir yang familiar digunakan masyarakat adalah penggunaan sinar x untuk melihat kondisi organ tubuh.
Terdapat dua organ tubuh yang betul-betul dijaga kondisinya saat seseorang terpapar Covid-19, yaitu paru-paru dan jantung. "Sangat penting untuk melihat dua organ tersebut. Paru sudah banyak memanfaatkan dengan sinar x, baik foto torax ataupun CT scan," kata Rohadi dalam webinar Manfaat Teknologi Nuklir dalam Bidang Kesehatan pada Era Pandemi Covid-19, Jumat (19/2) malam.
Dia menambahkan, jika pasien sudah memiliki data kesehatan atau medical record yang lengkap, maka akan sangat memudahkan dokter untuk memberi penanganan lanjutan. Tenaga nuklir bisa dimanfaatkan untuk melengkapi data tersebut melalui teknologi sinar x.
Tenaga nuklir juga bisa bermanfaat untuk memgawetkan makanan. Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Puspinebt ICMI, Kurtubi mengatakan radiasi nuklir bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan buah-buahan tanpa harus menggunakan bahan kimia. Bahkan, buah-buahan bisa bertahan hingga 1,5 tahun.
"Ini bisa untuk industri buah-buahan. Juga di kuliner. Kuliner khas Indonesia bisa diradiasi sehingga dia awet, segar bugar tidak ada bahan kimianya," kata Kurtubi.
Nuklir sebenarnya memiliki manfaat yang luar biasa. Sayangnya, Kurtubi mengatakan pemanfaatan nuklir secara maksimal, baik untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), pengawetan makanan, atau kedokteran masih belum maksimal. Penggunaannya harus terus didorong.
Dia mengatakan, anak muda Indonesia harus didorong untuk belajar teknologi nuklir. "Masa depan kita ini, antara lain adalah di penguasaan teknologi nuklir ini. Di bidang kedokteran masih kurang banyak, untuk teknologi PLTN. Jadi, orangnya sudah ada, pembangunan sudah berjalan baik. Harapannya, bangsa kita mampu mengaktifkan reaktor nuklir," kata dia lagi.