Ketika Perilaku Baik Kepada Wanita Jadi Takaran Iman
Islam sangat menghormati wanita dan menjunjung martabatnya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perlakuan masyarakat kepada wanita sebelum kedatangan Islam tercatat oleh sejarah penuh kekerasan dan penghinaan.
Wanita saat itu diperlakukan sebagai objek daripada manusia. Dalam beberapa budaya, mereka dikubur hidup-hidup, diwariskan hingga dibakar untuk bergabung dengan suami yang meninggal untuk kehidupan selanjutnya.
Dilansir dari About Islam, kedatangan agama Islam secara radikal mengubah situasi yang menyedihkan ini. Ajaran yang disebarkan Nabi Muhammad SAW secara tegas mengakui kemanusiaan perempuan dan menekankan hak-hak mereka.
Ajaran Islam yang menegaskan martabat dan status tinggi perempuan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai haditsnya.
Bagaimana ajaran Islam terkait interaksi dengan wanita? Berikut beberapa pedoman Islam yang diambil dari hadist Nabi yang menunjukkan penghormatan Islam kepada perempuan.
1. Perlakuan yang baik
Islam mengajarkan untuk menghormati wanita dengan memperlakukan mereka dengan baik. Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya:
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda saat haji perpisahan (wada):
اوصيكم بالنساء خيرا "Aku memerintahkanmu untuk memperlakukan wanita dengan baik." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Ada juga hadist yang menyebut seorang laki-laki yang memiliki karakter terbaik adalah yang selalu bersikap baik kepada wanita. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هُريرة رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا "
“Orang percaya yang paling lengkap dalam iman, adalah yang memiliki karakter terbaik. Dan yang terbaik dari Anda adalah mereka yang paling baik kepada wanita mereka.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Memberikan hak-haknya
Nabi Muhammad SAW memperingatkan umatnya untuk memberikan hak-hak wanita dengan adil. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
عن أبي شريح خويلد بن عمرو الخزاعي و أبي هريرة -رضي الله عنهما- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَعِيفَين: اليَتِيم والمَرْأَة
"Ya Allah, (aku bersaksi) bahwa saya dengan tegas memperingatkan agar tidak melanggar hak-hak dua orang lemah: anak yatim dan wanita." (HR Ibn Majah dan Ahmad, dinilai Hasan oleh An-Nawawi)
3. Status tinggi seorang ibu
Dalam sebuah hadist, Rasulullah juga mengingatkan untuk meningkatkan hubungan dengan orang tua. Terlebih kepada Ibu yang memiliki keutamaan lebih dari seorang ayah.
عن أبي هُريرة رضى الله عنه قال: جاء رجل إلى رسول الله ﷺ فقال: يا رسول الله، من أحق الناس بحسن صحابتي؟ -يعني: صحبتي، قال: أمك قال: ثم من؟ قال: أمك، قال: ثم من؟ قال: أمك، قال: ثم من؟ قال: أبوك
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang pria mendatangi Rasulullah dan bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang memiliki hak terbesar atas diri saya dalam hal kebaikan dan perhatian?" Nabi menjawab, "Ibumu. Lalu siapa?, Ibumu. Lalu siapa?, Ibumu. Lalu siapa?,'Ayahmu.'" Sementara itu, Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 195:
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ "Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain."