Palsunya Pengakuan Iman Orang Munafik
Orang munafik itu seperti seekor anak kambing yang bingung.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara golongan manusia yang dijelaskan dalam pada bagian-bagian awal surat Al Baqarah adalah golongan orang-orang munafik. Allah berfirman dalam ayat kedelapan surat Al Baqarah:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
Artinya: Dan di antara manusia ada yang berkata, 'kami beriman kepada Allah dan hari akhir,' padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
Dalam tafsir tahlili ayat delapan surat Al Baqarah, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI, dijelaskan golongan munafik adalah yang mengaku mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Dalam pengertian lain pengakuan akan keimanannya palsu. Pengakuan iman orang munafik tidak benar atau untuk mengelabui dan mempermainkan orang Islam.
Ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah, banyak penduduk Madinah yang memeluk Islam. Seperti kabilah 'Aus dan Khazraj serta sejumlah orang Yahudi.
Pada mulanya belum tampak golongan orang-orang munafik. Namun, setelah peristiwa perang Badar yang membawa kemenangan bagi kaum Muslim, barulah muncul golongan orang-orang munafik.
Abdullah bin Ubay salah satu pemimpin dari kabilah Khazraj bersama para pengikutnya menyatakan masuk Islam, tetapi hati mereka tetap membenci Islam. Tujuan mereka masuk Islam adalah untuk menghancurkan kaum Muslim dari dalam, dengan berbagai usaha dan tipu daya. Di antara pengikut Abdullah bin Ubay banyak juga orang-orang Yahudi.
Dalam sebuah yang hadits riwayat Muslim dari jalur ibnu Umar, Rasulullah menjelaskan perumpamaan orang munafik itu seperti seekor anak kambing (yang bingung dan ragu) di antara dua kambing, bolak-balik, kadang-kadang mengikuti yang satu, kadang-kadang mengikuti yang lainnya.
Orang-orang munafik bukan termasuk orang-orang yang beriman yang benar dan yang merasakan keagungan Allah. Orang-orang munafik tak menyadari Allah sebenarnya mengetahui perbuatan mereka lahir dan batin.
"Sekiranya mereka beriman dengan iman yang benar, tentulah mereka tidak melakukan perbuatan yang menyakitkan hati Nabi saw dan kaum Muslimin. Mereka melakukan ibadah sholat dan puasa, hanya untuk mengelabui mata umum, sedang hati dan jiwa mereka sesungguhnya tidak menghayati ibadah-ibadah tersebut," begitu dijelaskan dalam tafsir tahlili ayat delapan surat Al Baqarah, Tafsir Alquran Kementerian Agama RI.