PBB Sebut Kebencian pada Muslim Sudah Epidemi
Diskriminasi merupakan serangan yang sangat pribadi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan kebencian dan diskriminasi terhadap Muslim kian meningkat menjadi tingkat epidemi. Dia menggambarkan, kondisi ini sebagai bagian dari pergeseran global menuju nasionalisme dan menjauh dari hak-hak minoritas.
“Kebangkitan kefanatikan anti-Muslim tentu sejalan dengan tren menyedihkan lainnya yang kita lihat secara global, yakni kebangkitan dalam etno-nasionalisme, neo-Nazisme, stigma, dan ujaran kebencian yang menargetkan populasi yang rentan termasuk Muslim, Yahudi, dan beberapa komunitas minoritas Kristen,” kata Guterres pada acara PBB Peringatan Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia.
Dikutip Anadolu Agency, Kamis (18/3), Guterres menyebut kaum minoritas seharusnya tidak didiskriminasi karena mereka merupakan bagian dari kekayaan tatanan budaya dan sosial.
“Seperti yang diingatkan oleh Alquran, bangsa dan suku diciptakan untuk mengenal satu sama lain. Keragaman adalah kekayaan bukan ancaman,” ujar dia.
Saat ini, hampir 60 negara menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menetapkan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Guterres menerima laporan dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB, adanya pembatasan yang tidak proporsional terhadap Muslim, yaitu batasan dalam mengakses kewarganegaraan dan stigmatisasi yang meluas terhadap komunitas Muslim.
Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana perempuan Muslim menghadapi tiga tingkat diskriminasi karena jenis kelamin, etnis, dan keyakinan mereka. Sementara itu, media dan beberapa orang yang berkuasa semakin memperparah stereotip. Dia menggarisbawahi bahwa memerangi diskriminasi, rasialisme, dan xenophobia adalah prioritas PBB.
Dilansir UN News, Presiden Sidang Umum PBB Diplomat Turki Volkan Bozkir mengatakan segala bentuk diskriminasi, termasuk agama atau kepercayaan merupakan serangan yang sangat pribadi. Dia mendesak negara-negara berkomitmen kembali pada Piagam PBB, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan instrumen terkait lainnya. Dengan adanya itu, dia berharap, ujaran kebencian dapat diakhiri.
Bozkir juga menyerukan untuk membangun ketahanan terhadap ajaran yang diskriminatif, eksklusif, dan tidak toleran, serta mengembangkan rasa hormat terhadap praktik agama dan budaya orang lain.
“Dengan mendorong toleransi, bisa menjadi sumber harapan kita termasuk pada kaum muda,” ujar dia.
https://www.aa.com.tr/en/world/un-chief-bigoted-hatred-of-muslims-at-epidemic-level/2179468
https://news.un.org/en/story/2021/03/1087572