Jelang Ramadhan, Pemprov DKI Pastikan Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan jelang Ramadhan dipastikan Pemprov DKI aman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjamin ketersediaan pangan jelang bulan Ramadhan 2021 dalam kondisi aman. Ariza menyebut, jajaran Pemprov DKI juga berkomitmen untuk memastikan masyarakat mendapatkan ketersediaan pangan itu dengan harga yang terjangkau.
"Artinya, menjelang Ramadhan ini pangan dapat dipenuhi dan tidak ada kenaikan signifikan (harga)," kata Ariza dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis (25/3).
Ariza mengatakan, hingga saat ini, tidak ada permasalahan terhadap ketersediaan pangan meski kini masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Namun, dia mengakui bahwa biasanya terjadi peningkatan harga komoditas pangan sebesar 10-15 persen dibandingkan sebelum bulan Ramadhan. Meski demikian, ia menilai, masyarakat masih dapat menjangkau harga yang ada.
Selain itu, sambung Ariza, Pemprov DKI juga melakukan pengawasan terhadap keamanan pangan. Dia mengungkapkan, sudah ada1.820 sampel di pasar moderen dan tradisional yang dilakukan tes. Hasilnya, kata dia, 100 persen aman dikonsumsi.
"DKI berkomitmen menjaga stabilitas yang menjadi tugas BUMD Pangan dan Dinas KPKP yang memastikan stabilitas pangan dengan pengawasan harga dan stok lewat pasar murah hingga keamanan makanannya. Kita berkolaborasi dengan berbagai elemen tidak hanya memastikan cukup (tersedia), tapi murah," ujarnya.
Sementara itu, Dirut Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin menjelaskan, peran BUMD dalam menjaga stabilitas pangan, termasuk menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2021 merupakan hal penting. Dia menyebut, peran itu terbagi dua, yakni menangani hulu yang dilakukan oleh Dharma Jaya dan Food Station, serta menangani hilir oleh Pasar Jaya.
"Tentu dengan ditambah pendampingan dari Dinas KPKP DKI, Biro Perekonomian dan Bank Indonesia untuk memonitor agar proses stabilitas pangan ini berjalan baik," ucap Arief.
Arief menjelaskan, saat ini pihaknya terus memperbanyak rantai-rantai penyaluran pangan di Jakarta yang sudah dimulai sejak 2016-2017. Tujuannya, untuk memperpendek mata rantai penyaluran pangan. Hingga kini, kata dia, sudah ada empat Jakgrosir lumbung pangan bagi pedagang pasar dan pemegang KJP. Kemudian, ada outlet-outlet sebagai 'lumbung' kecil yang sekarang sudah masuk ke kelurahan dan kecamatan dengan jumlah yang lumayan signifikan.
"Berbagai usaha ini untuk menyederhanakan mata rantai dan Pasar Jaya dengan Dharma Jaya, menjadi barometer dan peran langsung dari produsen kepada pedagang," jelasnya.
Selain itu, Arief menyampaikan, Pasar Jaya juga melakukan pergeseran pada barang-barang beku yang dinilai saat ini menjadi hal penting di Jakarta. Dia menyebut, untuk memenuhi hal tersebu, pihaknya menyediakan banyak gudang dengan mesin pendingin (cold storage) dan memperbanyak mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS).
"Hal ini, dimaksudkan untuk memastikan stabilisasi atas harga kebutuhan seperti bawang dan cabe itu relatif bisa dikendalikan, walaupun memang secara tantangan masih perlu kapasitas yang lebih besar," ungkap Arief.
Arief menambahkan, Pasar Jaya sebagai salah satu dari BUMD pangan di DKI Jakarta ingin memastikan distribusi ini tepat guna, dan tepat sasaran. Dia menuturkan, Pasar Jaya akan mengkaji teknologi pengeringan, terutama untuk cabai, dengan harapan ke depannya bisa dipastikan pengelolaan cabai ini lebih baik.
"Ke depan pengelolaan cabai ini bisa sebagai groseri, karena sudah bisa dilakukan pengeringan, dan ini masih menjadi salah satu effort kami ke depannya," tutur Arief menjelaskan.