Pariwisata Halal Potensial Dikembangkan di Tengah Pandemi

Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan pariwisata halal.

Iggoy el Fitra/ANTARA
Pengunjung melihat pembangunan masjid terapung di Pantai Carocok, Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa (22/12/2020). Pemkab Pesisir Selatan membangun masjid terapung di objek wisata Pantai Carocok dengan biaya Rp27,5 miliar sebagai upaya mewujudkan pariwisata halal dan ikon baru di kabupaten itu.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki potensi besar mengembangkan pariwisata halal. Yakni wisata ramah alam dan kesehatan yang universal, sehingga dapat menjadi pilihan khususnya wisatawan muslim di tengah pandemi Covid-19.


"Pariwisata halal itu adalah ekosistem pariwisata ramah muslim (muslim friendly), dengan pelayanan prima (service of exellence) dan mengusung nilai-nilai etika (ethical values),"ujar Asisten Staf Khusus Wakil Presiden Guntur Subagja Mahardika di Jakarta, Kamis (25/3).

Saat menjadi pembicara pada Forum Dialog Wisata Halal bertajuk "Banten Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia", dia menyatakan di tengah pandemi Covid-19, industri pariwisata adalah sektor yang paling terpukul. Data BPS menunjukkan penurunan kunjungan wisatawan mencapai 73,60 persen, dari 16,1 juta pada 2019 menjadi 3,8 juta wisatawan pada 2020.

"Kini diharapkan industri pariwisata dapat menjadi penggerak pemulihan ekonomi nasional karena memiliki multiflier effect yang tinggi," kata Guntur melalui keterangan tertulis. Salah satunya, lanjutnya, mengembangkan pariwisata halal dapat menjadi alternatif pilihan karena secara substansial mengusung aspek kesehatan, kebersihan, dan ramah lingkungan.

Guntur menuturkan sejak sebelum pandemi, kunjungan wisatawan muslim ke Indonesia baru sekitar tiga juta orang, 20 persen dari jumlah keseluruhan wisatawan. Menurut dia, jumlah wisatawan muslim tersebut lebih rendah dari yang berkunjung ke Singapura, Malaysia, dan Thailand yang mencapai 4-6 juta wisatawan. Pasar pariwisata muslim, tambahnya, cukup besar. Dengan populasi penduduk muslim dunia sekitar 1,8 miliar jiwa, belanja muslim mencapai 2,2 triliun dolar AS.

"Belanja muslim dunia terus tumbuh rata-rata 5,2 persen per tahun, pasar yang harus ditangkap Indonesia," tuturnya.

Guntur menegaskan pariwisata halal tidak berbenturan dengan pariwisata pada umumnya. Dalam pariwisata ramah muslim, yang utama adalah kemudahan-kemudahan bagi wisatawan muslim mendapatkan makanan halal, sarana ibadah, dan ketersediaan air yang bersih. Hotel-hotel saatnya memiliki dapur halal dan fasilitas ramah muslim, lanjutnya, dukungan lainnya adalah akses, amenitas, atraksi, industri kreatif, dan layanan ramah muslim.

Guntur juga mengingatkan pentingkan mengembangkan wisata desa untuk membangkitkan ekonomi masyarakat. Sebagaimana arahan Wakil Presiden KH Maruf Amin, pariwisata desa yang dikembangkan adalah desa wisata agro (dewa), desa wisata industri (dewi), dan desa digital.

Sementara Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengatakan Provinsi Banten memiliki potensi besar menjadi destinasi pariwisata halal. "Kami bertekad Provinsi Banten menjadi 10 besar daerah wisata halal," katanya.

Banten yang berbatasan dengan Ibu Kota Jakarta memiliki pariwisata ramah muslim seperti wisata alam, wisata budaya, maupun wisata spiritual, yang salah satunya, Kesultanan Banten, yang sejak dulu dikenal di Nusantara dan dunia dapat menjadi salah satu unggulan pariwisata Banten.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler