Mudik Dilarang, Staycation akan Meningkat?
Vaksin Covid-19 juga memungkinkan wisatawan tak lagi takut menginap di hotel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) tidak menampik kemungkinan adanya masyarakat yang beralih berlibur ke hotel untuk staycation. Hal ini karena adanya larangan mudik tahun ini dari pemerintah.
"Mungkin ada kondisi yang lebih baik kalau bicara staycation, mungkin ada sedikit peningkatan (dibandingkan tahun lalu)," kata Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, belum lama ini.
Sudah dimulainya proses pemberian vaksin COVID-19 kepada sebagian masyarakat, termasuk tenaga kesehatan dan orang-orang lanjut usia, bisa jadi mempengaruhi keberanian masyarakat untuk staycation. Kendati demikian, saat ini pihaknya belum melihat ada efek berarti antara larangan mudik dengan peningkatan jumlah staycation.
Belum terlihat ada peningkatan karena masyarakat belum mulai membuat pemesanan. Tahun lalu, larangan mudik tidak sontak mempengaruhi keputusan masyarakat untuk memilih staycation.
Ada kemungkinan orang-orang beralih liburan di hotel, tapi ada juga kemungkinan orang tetap berada di rumah saja. "Tahun ini kita tidak tahu persis, mungkin nanti lebih berimbas ke daerah-daerah yang sifatnya resort," ujar dia.
Larangan mudik tahun ini akan membuat kondisi sama seperti libur lebaran tahun lalu. Ekspektasi daerah-daerah yang biasa menjadi daerah tujuan wisata untuk mendapat pemasukan akhirnya tidak terpenuhi karena sumber pemasukan mereka berkurang akibat keterbatasan ruang gerak masyarakat.
"Yang jelas bukan hanya sektor hotel, tapi akan berimbas ke sektor lain, retail pasti terpukul, transportasi juga," katanya.
Dalam kondisi normal sebelum pandemi, hotel-hotel yang berada di tempat tujuan orang-orang biasa mudik sambil berwisata seperti Bandung, Solo, Malang dan Yogyakarta rata-rata punya tingkat okupansi 70-90 persen saat libur lebaran. "Kalau sekarang mungkin hanya separuhnya," kata dia.
Agen wisata sudah mulai mempromosikan mengganti suasana dari bekerja dari rumah menjadi bekerja dari hotel. Dia belum tahu apakah hal tersebut bisa diadaptasi bulan depan sehingga masyarakat bisa tertarik untuk melewatkan bulan puasa di hotel.
"Yang kita lihat, orang lebih tertarik untuk ke luar kota kalau work from hotel, bukan di tempat yang sama dengan rumahnya, jadi cenderung ke luar kota," ujarnya.