Doa Lintas Agama Jangan Kaburkan Religiositas
Soal Doa Lintas Agama, Dadang Kahmad: Jangan Mengaburkan Religiositas
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad menyebut saran Menteri Agama untuk mengadakan doa dan salam lintas agama dalam acara-acara Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hal yang tidak perlu.
Ia menyebut tindakan ini justru seakan mengaburkan religiositas jika benar-benar dilakukan.
“Biasa saja yang sekarang kan sudah bagus, kalau mau berdoa, ya berdoa dari yang mayoritas. Kalau sedang di acara Kristen, ya berdoa pakai cara Kristen. Kalau di acara Hindu, ya pakai doa dan salam dari agama Hindu,” kata Dadang, Kamis (8/4).
Menurutnya, Kemenag memang lembaga negara yang mengurusi semua agama, bukan hanya Islam. “Memang mengurusi semuanya betul, tapi jangan sampai ada semacam mengaburkan religiositas. Saya kira cukup diwakili salah satu saja,” tuturnya.
Dadang mengatakan, kebiasaan yang telah ada saat ini sudah baik untuk diterapkan di lembaga negara tersebut. Dengan demikian, penerapan doa dan salam dari semua agama yang diakui di Indonesia merupakan tidakan yang tidak perlu.
“Salah satu saja, kalau semua baca, bayangkan doanya panjang-panjang. Lima agama kali lima menit, misalnya, kan sudah dua puluh lima menit. Saya kira tidak efisien, tidak efektif zaman sekarang kan dicari efektivitas, jadi tidak usah macam-macam, diadakan biasa aja kan sudah bagus biasa juga,” tuturnya.
Dia menjelaskan, pembacaan doa pada acara-acara lembaga pemerintah juga merupakan hal yang tidak harus dilakukan. “Bahkan, bagi saya kalau memang lembaga negara tidak pakai doa, tidak apa-apa. Kecuali ormas Islam, atau di masjid, pura, atau gereja, maka memang perlu,” ungkapnya.
Dadang berharap agar semua pihak menahan diri untuk mengungkit isu-isu sensitif seperti agama. Ia mengatakan, lebih baik membahas persoalan yang berkaitan dengan kesejahteraan hingga pembangunan.
“Isu agama ini di Indoensia itu menjadi hangat, saya kira fokus sekarang itu pembangunan yang memerlukan perhatian betul untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Hangat sekali, sensitif sekali, ramai dari mulai pejabat sampai orang biasa bicara agama semuanya, jadi jangan diungkit-ungkit yang kira-kira bisa menimbulkan perpecahan, biasa-biasa saja seperti mana biasa,” katanya menjelaskan.