Hati-Hati Menulis Sejarah, Bisa Bikin Kabur Riwayat Bangsa

Hilangnya aktor-aktor penting dalam sejarah Indonesia akibat adanya kecerobohan.

wikipedia
KH Hasyim As
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Cecep Darmawan, Guru Besar Ilmu Politik dan Ketua Prodi Magister dan Doktor Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menuai sorotan. Kritikan terhadap Kemendikbud datang dari berbagai pihak, menyusul viralnya tudingan hilangnya tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yakni Hadratus Syech Hasyim Asy’ari, dalam buku “Kamus Sejarah Indonesia Jilid I”. Banyak pihak yang menyayangkan bahkan protes keras atas kejadian tersebut. Terlebih KH Hasyim Asy'ari merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional yang banyak berjasa bagi NKRI.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menerangkan sekaligus memberikan klarifikasi bahwa buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi. Buku tersebut masih berupa draft yang masih perlu disempurnakan.


Buku tersebut pun disusun pada tahun 2017 sebelum periode kepemimpinan Mendikbud saat ini, Nadiem Makarim. Draft buku yang dibuat pada 2017 tersebut sudah harus dilaporkan pertanggungjawabannya, berhubung telah habisnya masa tahun anggaran.

Kemendikbud pun mengakui jika draf buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I sempat dicetak sebanyak kurang lebih 20 eksemplar dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Lalu di tahun 2019, draft buku tersebut pun masuk sebagai naskah bahan ajar dalam aplikasi Rumah Belajar Kemendikbud. Kini, setelah mendapatkan kritikan dan sorotan dari publik, buku tersebut pun telah ditarik kembali dari website Rumah Belajar Kemendikbud.

Peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi Kemendikbud bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, kecermatan, ketelitian, dan menghindari kecerobohan. Meskipun buku tersebut tidak dibuat di periode kepemimpinan Mendikbud saat ini, bukan berarti buku yang masih draf tersebut dapat diedarkan secara luas.

Kemendikbud tentunya harus menyadari kealpaannya. Apalagi menyangkut soal sejarah bangsa Indonesia yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh penting yang sangat berjasa dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. Jangan sampai akibat hal-hal teknis seperti ini dapat berdampak pada kaburnya sejarah bangsa Indonesia.

Belajar sejarah merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda saat ini, guna mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dan para tokoh yang mengisi setiap perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Melalui sejarah dapat menjadi wahana pembentukan jati diri dan karakter bangsa atau nation and character building.

Mempelajari sejarah dari para tokoh pendiri bangsa ataupun tokoh perjuangan dapat merawat dan melestarikan kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Karenanya, belajar sejarah dari orang-orang yang berjasa besar dapat memperkuat jiwa nasionalisme yang berperan penting bagi eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Para tokoh bangsa Indonesia yang memiliki gagasan dan pemikiran yang cemerlang guna membangun kemajuan peradaban bangsa Indonesia, tentunya hal tersebut harus diwariskan kepada generasi-generasi saat ini dan masa yang akan datang. Gagasan dan pemikiran serta jasa-jasa para tokoh nasional dalam membangun kemajuan bangsa tidak boleh dihilangkan atau dihapuskan oleh siapa pun.

Sebaliknya gagasan dan pemikiran para tokoh tersebut harus menjadi hikmah dan pelajaran yang diaktualisasikan dalam konteks kekinian, sehingga nilai-nilai, jiwa, dan semangatnya tetap terus berkobar dalam api sejarah bangsa Indonesia. Untuk itu, adanya kealpaan yang dilakukan Kemendikbud dalam menerbitkan buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I ini, merupakan hal yang kontraproduktif dari upaya pembentukan karakter bangsa.

Ke depan, selain menarik buku tersebut dari peredaran, Kemendikbud pun harus melakukan upaya revisi kembali muatan materi buku tersebut. Sisir kembali seluruh muatan konten buku yang jauh dari konteks sejarah bangsa Indonesia. Sebaliknya munculkan tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi dan jasa yang luar biasa bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Perbaikan terhadap isi buku pun harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, guru, dosen, para pakar, para tokoh masyarakat, dan tentunya para sejarawan. Pendekatan-pendekatan partisipatif ini sangat penting, agar publik dapat memberikan input, kritikan, dan saran, serta saling mengoreksi terhadap muatan materi buku.

Kemendikbud pun jangan terjebak dengan pendekatan teknis birokratis dalam penyusunan buku tersebut. Setelah melalui masukan berbagai pihak, uji publik, dan evaluasi baik secara muatan konten buku maupun secara teknik kepenulisan buku, barulah buku tersebut dapat diterbitkan secara resmi dan disebarkan ke seluruh khalayak masyarakat.

Melalui berbagai upaya tersebut dapat menunjukkan adanya kehati-hatian dalam merumuskan sejarah bangsa Indonesia. Upaya tersebut pun dapat menjadi bentuk komitmen dan kesungguhan dari berbagai pihak, khususnya Kemendikbud dalam upaya penghormatan atas nilai-nilai sejarah dan jasa-jasa dari para tokoh bangsa Indonesia. Hilangnya aktor-aktor penting dalam sejarah bangsa Indonesia akibat adanya kecerobohan, tidak boleh terjadi lagi.

Kita harus ingat nasihat Bung Karno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya. Semoga ke depan Kemendikbud lebih hati-hati dalam menulis sejarah bangsa, tidak yang menuai kritik akibat adanya ketidakhati-hatian dari pemangku kebijakan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler