Peneliti Dalami Penyakit Parkinson Lewat Studi Tikus
Dengan penelitian dimungkinkan untuk mengembangkan pengobatan baru gejala Parkinson
REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Para ilmuwan mendapati gejala motorik dan nonmotorik penyakit Parkinson dikaitkan dengan dua jalur saraf tertentu. Hal itu diperoleh peneliti usai studi terhadap tikus.
Penyakit Parkinson menurut National Institute on Aging (NIA) adalah kondisi neurologis progresif yang biasanya terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas. Parkinson terutama memengaruhi fungsi motorik seseorang, yaitu kemampuan mereka untuk menggerakkan tubuh secara terkoordinasi. Namun, itu juga dapat berdampak pada kognisi dan perilaku seseorang, yang menyebabkan masalah kesehatan mental dan masalah dengan memori dan perhatian.
Ilmuwan tidak tahu persis mengapa sebagian orang mengalami Parkinson. Untuk saat ini, tidak ada obat yang diketahui untuk penyakit Parkinson.
Peneliti dari University of California San Diego (UC San Diego) melakukan penelitian pada tikus untuk memahami hubungan antara sirkuit saraf di otak dan beberapa fungsi yang biasanya dipengaruhi oleh penyakit Parkinson, seperti kemampuan kognitif dan motorik. Mereka melihat pada globus pallidus eksternal (GPe) di otak tikus dimana penelitian sebelumnya telah dikaitkan dengan gejala motorik Parkinson.
Para peneliti menggunakan berbagai metode untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang wilayah otak tikus ini, termasuk elektrofisiologi, pelacakan virus, dan eksperimen perilaku. Para peneliti mengidentifikasi dua area GPe dan mampu menghubungkan area ini dengan keterampilan motorik dan kognitif pada tikus.
Dengan memanipulasi neuron di dua bagian otak ini, para ilmuwan meningkatkan penggerak tikus dan pembelajaran pembalikan mereka.
Profesor Neurobiologi dari Divisi Ilmu Biologi di UC San Diego Byungkook Lim mendapati sirkuit saraf yang berbeda di ganglia basal terlibat dalam gejala motorik dan nonmotorik dari perilaku mirip Parkinsonian yang terjadi pada berbagai tahap penyakit.
"Ini menunjukkan evaluasi mekanisme sirkuit rinci diperlukan untuk memahami sepenuhnya perubahan di otak selama perkembangan [penyakit Parkinson] dan dapat memberikan strategi terapeutik yang lebih baik untuk pengobatan [penyakit Parkinson]," kata Lim dilansir dari Medical News Today pada Jumat (23/4).
Lim mengemukakan fakta bahwa neuron tertentu dapat dikaitkan dengan perubahan di wilayah otak tikus. Ini berarti menurutnya dimungkinkan untuk mengembangkan pengobatan baru untuk gejala Parkinson.
"Manipulasi elektif dari perubahan tertentu dapat menyelamatkan satu jenis gejala tanpa mempengaruhi gejala lain dari penyakit Parkinson," ujar Lim.