Pengadilan New Delhi akan Hukum Pejabat Lalai Tangani Covid

Rumah sakit di India mengalami krisis oksigen untuk pasien Covid-19

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Sejumlah warga menunggu untuk mengisi tabung oksigen di New Delhi, India, Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berjuang dengan pasokan oksigen yang ada. EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pengadilan New Delhi akan menjatuhkan hukuman kepada pejabat pemerintah, karena gagal mengirimkan barang-barang untuk menyelamatkan pasien Covid-19. Seperti diketahui, rumah sakit di India mengalami krisis oksigen bagi pasien Covid-19.

Baca Juga


Pemerintah telah mengerahkan kereta api, angkatan udara, dan angkatan laut untuk membawa tangki oksigen ke daerah yang paling parah terkena dampak. Hal itu terutama ke rumah sakit yang kewalahan karena tidak dapat mengatasi lonjakan kasus virus corona.

Sebanyak 12 pasien Covid-19, termasuk seorang dokter meninggal di sebuah rumah sakit di New Delhi pada Sabtu (1/5). Direktur Rumah Sakit Batra, S.C.L. Gupta mengatakan, dokter tersebut telah kehabisan pasokan oksigen selama 80 menit. 

Sementara surat kabar The Times of India melaporkan 16 kematian lainnya di dua rumah sakit di selatan negara bagian Andhra Pradesh, dan enam di rumah sakit Gurgaon di pinggiran New Delhi karena kekurangan oksigen. Karena pemerintah tidak dapat mempertahankan pasokan oksigen yang stabil, beberapa otoritas rumah sakit meminta intervensi pengadilan di ibu kota India.

“Air telah melampaui kepala. Cukup sudah," kata Pengadilan Tinggi New Delhi.

Pengadilan akan mulai menghukum pejabat pemerintah, jika pasokan oksigen yang dialokasikan ke rumah sakit tidak segera dikirim. "Kami tidak bisa membiarkan orang sekarat,” kata Hakim Vipin Sanghi dan Rekha Patil.

Militer India membuka rumah sakitnya untuk warga sipil, sebagai upaya untuk mengurangi beban di rumah sakit umum maupun swasta. Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi juga memberikan anggaran keuangan darurat kepada militer untuk mendirikan fasilitas karantina baru dan rumah sakit, serta membeli peralatan kesehatan.

Militer juga memanggil 600 dokter yang telah pensiun dalam beberapa tahun terakhir. Sementara Angkatan laut mengerahkan 200 asisten perawat di rumah sakit sipil.

Pada Sabtu, India mengatakan, semua orang dewasa berusia 18 tahun ke atas bisa mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.  Sejak Januari, hampir 10 persen orang India telah menerima satu dosis. Tetapi hanya sekitar 1,5 persen warga yang menerima dosis kedua. 

Pada Ahad (2/5), India mencatat sedikit penurunan infeksi baru yaitu 392.488 dari tertinggi 401.993 dalam 24 jam sebelumnya. India juga melaporkan 3.689 kematian tambahan, sehingga total menjadi 215.542. Para ahli meyakini jumlah tersebut masih bisa lebih tinggi dari kondisi sebenarnya di lapangan.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler