Ini Syarat Sekolah Tatap Muka Menurut Guru Besar FK UI
Syarat utama kasus baru Covid-19 dan kematian harus turun di wilayah itu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri memutuskan sekolah tatap muka akan dimulai pada Juli 2021 mendatang. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak Soedjatmiko mengatakan, ada beberapa persiapan sebelum membuka sekolah tatap muka, termasuk kasus Covid-19 yang terus turun.
Soedjatmiko menyebutkan, syarat utama adalah kasus baru terkonfirmasi Covid-19 dan kematian di wilayah tersebut harus turun terus menerus selama dua pekan atau lebih. "Lebih baik jika tidak ada kasus baru. Kalau masih fluktuatif maka tunda dulu (sekolah tatap muka)," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (3/5).
Dia menambahkan, sebelum sekolah dibuka, Komite Sekolah harus mengecek kesiapan para guru dan sarana di sekolah apakah sudah siap. Antara lain, disinfektan meja kursi pintu dinding, banyak wastafel dengan air mengalir dan sabun, pengaturan tugas guru mengatur murid-murid ketika datang atau pulang tidak saling bermain. Soedjatmiko mengingatkan, meski vaksinasi bisa melindungi guru namun jika terinfeksi Covid-19 dan kalau jumlah virusnya banyak masih bisa menularkan ke murid.
"Kalau bisa semua guru tes polymerase chain reaction (PCR) dulu, yang positif dikarantina. Guru dan murid yang demam, batuk, pilek, diare, berobat dulu, istirahat 3-5 hari," katanya.
Soedjatmiko juga mengatakan, persiapan lainnya adalah ada pengaturan jumlah, jarak, dan posisi meja kursi agar anak tidak saling mendekat di dalam kelas. Mungkin perlu juga pembatasan dengan tali antara kursi untuk kelas 1 dan 2 SD supaya anak tidak berjalan-jalan saling mendekat di dalam kelas.
"Kalau sekolah belum siap, sebaiknya sekolah ditunda dulu," katanya.
Sementara itu, dia melanjutkan, ada beberapa hal juga yang harus disiapkan orang tua juga anak sebelum sekolah tatap muka dibuka. Yakni masker yang sesuai dengan ukuran wajah anak dalam jumlah cukup dan melatih anaknya membiasakan memakai masker terus menerus selama beberapa jam. Orang tua juga harus melatih anaknya segera cuci tangan dengan benar ketika baru sampai sekolah, sebelum pulang dan sampai dirumah dan melatih anak jangan berdekatan dgn orang lain, di jalan dan di sekolah.
"Kalau orangtua dan anak belum siap, tunda sekolah," kata Soedjatmiko.
Terakhir, dia juga menyebut, pembukaan sekolah harus dilakukan bertahap. Misalnya mahasiswa dan sekolah menengah atas (SMA) terlebih dahulu 1-2 pekan. Jika protokol kesehatan dipatuhi dan tidak terjadi klaster Covid-19 di Perguruan Tinggi dan SMA, dia melanjutkan, maka bisa dilanjutkan di tingkat SMP. Kemudian jika murid di jenjang sekolah ini patuhi protokol kesehatan dan tidak terjadi klaster di SMP makan bisa dilanjutkan di jenjang sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6.
"Kalau mereka patuh dan tidak terjadi klaster di kelas lanjut di kelas 1, 2, dan kelas 3. Kalau tidak terjadi klaster bisa dilanjutkan buka PAUD, KB, dan TK karena peserta PAUD KB TK dan siswa kelas 1-2 mungkin paling sulit untuk mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.