Gambaran Dahsyatnya Peristiwa Turunnya Alquran ke Bumi

Allah SWT menurunkan Alquran ke bumi melalui peranta Jibril

Allah SWT menurunkan Alquran ke bumi melalui peranta Jibril. Alquran/Ilustrasi
Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap Ramadhan kaum Muslim biasa menyelenggarakan peringatan Nuzulul Quran. Berbagai acara dilakukan untuk mengingatkan kembali kepada pentingnya Alquran sebagai pedoman hidup manusia akhir zaman. 

Baca Juga


Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Qur'an Cijamil Bandung Barat, Ustadz Teguh Turwanto, menjelaskan mengapa peristiwa Nuzulul Quran adalah peristiwa dahsyat, sebagaimana firman Allah SWT surat Al Hasyr ayat 21:

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ "Andai Alquran ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir."

Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa Allah SWT menyebutkan keagungan Alquran seraya menjelaskan tingginya kedudukan Alquran. Untuk itu sudah selayaknya bila hati menjadi lunak dan khusyuk serta taat saat mendengarnya, mengingat di dalamnya terkandung janji yang benar dan ancaman yang pasti.  

"Apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Alquran ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya dia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah SWT. Lalu bagaimana dengan kamu, hai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah SWT. Padahal kamu telah memahami dari Allah akan perkaranya dan telah kamu pahami Kitab-Nya." 

Sementara itu, dalam kitab tafsirnya, Imam ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan menyatakan sebagai berikut: 

"Allah Yang Mahag-Agung berfirman, “Andai Kami menurunkan Alquran kepada sebuah gunung, sementara gunung itu berupa sekumpulan bebatuan, pasti engkau akan melihat, wahai Muhammad, gunung itu sangat takut.” Allah mengatakan, “Gunung itu tunduk dan terpecah-belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu (bebatuan) amat keras.” Tidak lain karena gunung tersebut sangat khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan atas dirinya, yakni mengagungkan Alquran.” (Ath Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alquran, 23/300).

Dalam kitab tafsirnya, Imam Al Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan menyatakan demikian:

“Andai Kami (Allah SWT) menciptakan akal dan perasaan pada gunung, sebagaimana yang telah Kami ciptakan pada diri manusia, kemudian Kami menurunkan Alquran di atasnya, dengan konsekuensi pahala dan siksa, sungguh gunung itu akan tunduk, patuh dan hancur berkeping-keping karena takut kepada Allah SWT. Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya kehebatan dan pengaruh Alquran.” (Al Baidhawi, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, 3/479).  

 

 

Karena itulah, menurut Abu Hayan Al Andalusi, ayat ini merupakan celaan kepada manusia yang keras hati dan perasaannya tidak terpengaruh sedikit pun oleh Alquran. Padahal jika gunung yang tegak dan kokoh saja pasti tunduk dan patuh pada Alquran, sejatinya manusia lebih layak untuk tunduk dan patuh pada Alquran. (Lihat Abu Hayan al-Andalusi, Bahr al-Muhîth, 8/251).

Apa yang dinyatakan Abu Hayan Al Andalusi ini justru banyak terjadi saat ini. Banyak manusia tidak tunduk dan patuh pada Alquran. Banyak manusia yang bahkan tidak bergetar saat Alquran dibacakan. Boleh jadi hal itu karena banyak hati manusia yang sudah mengeras. Bahkan lebih keras dari batu.   

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bah¬kan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut ke¬pada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang ka¬lian kerjakan." Jika demikian keadaannya, Allah SWT sungguh telah mengingatkan kita:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا "Tidakkah mereka memperhatikan Alquran ataukah hati mereka telah terkunci?" (QS Muhammad [47]: 24).

Artinya, menurut Imam As Samarqandi, “Apakah mereka tidak mendengarkan Alquran, tidak mengambil pelajaran dari Alquran, dan tidak memikirkan apa yang telah Allah SWT turunkan dalam Alquran berupa janji dan ancamannya serta banyaknya keajaiban di dalamnya sehingga dengan itu mereka paham bahwa Alquran benar-benar dari sisi Allah? Ataukah kalbu-kalbu mereka telah tertutup?” (Lihat As Samarqandi, Bahr al-’Ulum, 4/156). Imam Ibnu Katsir menyatakan:

"Bahkan pada hati mereka terdapat kunci yang menutupnya. Karena itu, hati mereka terkunci mati. Tiada sesuatu pun yang dapat menghidupkannya dapat masuk ke dalamnya."  

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler