Larangan Mudik Gairahkan Ekonomi Jakarta dan Sekitarnya
Di wilayah Jabodetabek diperkirakan terjadi perputaran uang sebesar Rp 1,25 triliun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta menilai, larangan mudik berpotensi menggairahkan ekonomi Jakarta dan sekitarnya. Hal itu terlihat dari berbagai pusat perbelanjaan yang ramai jelang Idul Fitri.
"Beberapa hari sebelum Idul Fitri gairah itu bisa dirasakan ya. Pusat-pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan mini market cukup ramai dikunjungi masyakat," ujar Ketua Umum DPD Hippi DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada Republika, Kamis (13/5).
Ia melanjutkan, mulai besok warga pun akan mulai keluar rumah. "Mereka akan berkunjung ke mall, restoran, cafe, hotel, dan berbagai destinasi wisata. Di sana akan terjadi transaksi ekonomi," ujarnya.
Sebagai pengusaha, dirinya berharap warga dapat menikmati libur lebaran. Namun tidak lengah dan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
"Covid-19 masih mengancam kehidupan kita. Maka kita harus bersama melawan dengan selalu menjaga prokes jika berkunjung ke mall, restoran, cafe atau tempat wisata agar selalu menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan membawa selalu hand sanitizer, serta hindari kerumunan," tuturnya.
Sarman juga berharap setelah lebaran tidak terjadi peningkatan kasus Covid-19. Sebab nantinya semakin memperpanjang ketidakpastian pemulihan ekonomi Indonesia.
Sebelumnya ia mengatakan, kondisi ekonomi yang mulai membaik dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2021 sebesar minus 0,74 persen. Meski masih terkontraksi, namun sudah mengalami peningkatan dibandingkan kuartal IV 2020 sebesar minus 2,19 persen.
Kemudian terdapat peningkatan jumlah perusahaan yang memiliki kemampuan membayar Tunjangan Hari Raya (THR) serta cairnya THR bagi ASN, TNI-Polri, dan pensiunan. "Biasanya uang ini akan mengalir ke daerah tujuan mudik, namun karena larangan mudik yang sangat ketat maka uang tersebut berpotensi akan beredar di Jakarta dan sekitarnya," tutur dia.
Ia menyebutkan, warga Jakarta yang tidak pulang kampung akan ramai mengunjungi Mall, hotel, restoran, cafe, pusat hiburan atau wisata seperti Ancol, TMII, KB Ragunan, Monas, Kota Tua, dan Kepulauan Seribu dan lainnya di kawasan Bodetabek. "Di sana akan terjadi transaksi ekonomi yang signifikan yang akan menggairahkan perekonomian Jakarta dan sekitarnya. Setiap tahun biasanya sekitar 7 jutaan atau setara 2,5 juta keluarga warga Jabodetabek mudik ke kampung halaman dan mengalirkan uang ke daerah mencapi 10 triliun, namun tahun ini keluarga di kampung hannya menerima kiriman uang lebaran karena larangan mudik," jelas Sarman.
Guna mengisi liburan Idul Fitri, lanjutnya, tahun ini warga Jabodetabek akan mengunjungi berbagai tempat santai bersama keluarga dan diperkirakan akan terjadi perputaran uang sebesar Rp 1,25 triliun. "Dengan asumsi per keluarga membelanjakan paling sedikit Rp 500 ribu selama liburan Idul Fitri 1442 Hijriyah ,ini perkiraan perputaran uang paling rendah dan ada kemungkinan di atas itu," kata dia.