Ruang ICU di Kolombia Hampir Penuh Akibat Pandemi

Demonstrasi yang mengundang kerumunan di Kolombia sebabkan lonjakan infeksi Covid-19

AP/Fernando Vergara
Para pengunjuk rasa berbaris selama pemogokan nasional menentang reformasi pajak yang diusulkan pemerintah, di Bogota, Kolombia, Rabu, 28 April 2021.
Rep: Antara Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Kematian yang dikonfirmasi akibat Covid-19 di Kolombia melampaui 80.000 pada Jumat (14/5). Ruang perawatan intensif hampir penuh di kota-kota terbesar, di mana kerumunan besar telah berkumpul selama berminggu-minggu untuk protes antipemerintah.

Pihak berwenang memperingatkan pekan ini bahwa demonstrasi, yang awalnya menyerukan untuk menentang reformasi pajak yang sekarang dibatalkan tetapi telah meluas untuk mengatasi ketidaksetaraan dan kebrutalan polisi, akan memperpanjang gelombang ketiga epidemi yang sudah menghancurkan. Wali kota Bogota menggemakan peringatan itu, mengatakan ibu kota pada Kamis (13/5) melaporkan jumlah kasus baru Covid-19 tertinggi kedua dan jumlah kematian tertinggi sejak pandemi dimulai.

"Saya tidak tahu harus berkata apa lagi, memperingatkan, memohon, memohon," kata Claudia Lopez dalam pesan Twitter Kamis malam yang mendesak orang-orang untuk tetap berpegang pada aturan jarak sosial.

Pada Jumat dia mengumumkan bahwa dia terinfeksi dan akan mengisolasi diri. Demonstran telah berbaris di seluruh Kolombia sejak 28 April, sekitar waktu kematian harian nasional mencapai rekor 505. Kematian rata-rata berkisar sekitar 470 per hari dan pada Jumat jumlah korban kumulatif mencapai 80.250.

Tekanan pada ICU di ibu kota "mengkhawatirkan", demikian kata pemerintah Kamis malam, menambahkan pasien akan dipindahkan melalui angkutan udara ke kota-kota lain. Hunian ICU untuk pasien Covid-19 di Bogota mencapai 94 persen menurut otoritas setempat.

Di Medellin dan Cali, tingkat huniannya masing-masing 99 persen dan 95 persen. Pakar kesehatan mengatakan mereka menghormati hak masyarakat untuk melakukan protes, tetapi memperingatkan kelompok besar tidak dapat terus berkumpul.

"Kami tidak bisa terus seperti ini," ujar Andrea Ramirez, seorang ahli epidemiologi di Universidad de los Andes, Bogota kepada Reuters. "Kami sekarang berbicara tentang situasi yang hampir hidup atau mati, karena saat ini jika orang sakit dan membutuhkan ICU, mereka tidak akan menemukannya," imbuh Ramirez.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler