Mantan Pemimpin Hamas Minta Israel Tinggalkan Al Aqsa
Palestina memiliki hak mempertahankan tanah airnya.
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Mantan pemimpin Hamas Khaled Mashal mengatakan Turki dan lainnya telah melakukan upaya mengakhiri ketegangan antara Israel dan Palestina. Syarat utamanya adalah Israel meninggalkan Masjid Al-Aqsa.
Khaled Mashal, yang saat ini bertanggung jawab atas Hamas di luar negeri, mengevaluasi pelanggaran Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan serangan di Jalur Gaza selama wawancara dengan TRT Arab Turki.
Mashal mengatakan Israel bermain api yang memicu krisis saat ini dengan menyerang Masjid Al-Aqsa. Ia menekankan kelompok perlawanan Palestina di Gaza memperingatkan Israel selama beberapa hari untuk menghentikan serangan di Yerusalem.
“Ini adalah perjuangan nasional karena kami adalah orang-orang yang tinggal di tanah ini, dan penjajah datang dan menggusur kami. Jadi ini perlawanan terhadap penjajah," kata dia dilansir di Anadolu Agency, Ahad (16/5).
Dia mengatakan tidak ada yang bisa merampas hak warga Palestina untuk melawan. Ia menekankan Israel tidak dapat menghilangkan hak warga Palestina berada di dekat Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.
“Kami tidak memerangi mereka karena mereka orang Yahudi, tetapi karena mereka adalah penjajah. Kami memiliki hak mempertahankan tanah kami," ujar dia.
Mashal mengatakan ada gerakan oleh Turki, Mesir, Qatar dan AS untuk mengendalikan eskalasi antara Gaza dan Israel. "Syarat terpenting adalah keluarnya pendudukan Israel dari Masjid Al-Aqsa, pengakuan kebebasan beribadah kepada umat kita dan umat Islam di Masjid Al-Aqsa, dan berhentinya pengungsian warga Palestina di lingkungan Syekh Jarrah," ucap Mashal.
Dia menekankan kelompok perlawanan telah mampu meningkatkan kemampuan militer mereka meskipun ada embargo di Jalur Gaza. Pasukan Israel dalam beberapa hari terakhir telah menyerang warga Palestina yang memprotes solidaritas dengan penduduk lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, yang digusur oleh pengadilan Israel.
Pasukan pendudukan juga menggerebek Masjid Al-Aqsa selama sholat tarawih. Eskalasi ketegangan berikutnya mengakibatkan serangan udara oleh Israel di Gaza, menewaskan lebih dari 120 warga Palestina, termasuk anak-anak dan wanita, menurut pejabat kesehatan. Sedikitnya 920 orang lainnya terluka, selain kerusakan berat pada bangunan tempat tinggal.
Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama perang Arab-Israel 1967. Mereka mencaplok seluruh kota pada 1980, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.