Christine Hakim tak Dibayar Saat Perankan Tjoet Nja’ Dhien

Namun, peran Tjoet Nja' Dhien membawa Christine Hakim meraih kesuksesan.

ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Aktris utama yang juga berperan sebagai Tjoet Nja’ Dhien, Christine Hakim menceritakan bagaimana perjuangan dalam menyelesaikan film yang membawanya sukses.
Rep: Rahma Sulistya Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris utama yang juga berperan sebagai Tjoet Nja’ Dhien, Christine Hakim menceritakan bagaimana perjuangan dalam menyelesaikan film yang membawanya sukses. Siapa sangka, sebuah film meski ia tidak dibayar, ternyata perannya di situ justru melekat di hati penonton.

Baca Juga


“Kita nggak ada yang dibayar. Mas Slamet (Rahardjo), saya, nggak dibayar. Bahkan kita yang cari duit untuk bisa menyelesaikan film ini,” ungkap Christine dalam pemutaran perdana film restorasi “Tjoet Nja’ Dhien” di Plaza Senayan, Kamis (20/5).

Butuh waktu total selama tiga tahun sudah dengan riset, untuk merampungkan film tersebut. Bahkan antara dua adegan saja, ada yang harus menunggu dua tahun karena kurangnya dana. Namun, ia memiliki alasan tersendiri mengapa ia mau main di film itu dan tidak dibayar.

“Waktu itu saya usia masih 28 tahun. Betapa bodohnya saya ini ada kesempatan untuk belajar, bukan hanya kesempatan, tantangan sebagai seorang pemain dan seorang warga Indonesia,” papar aktris yang juga berdarah Aceh itu.

Ia juga menyebut, film ini menjadi satu-satunya film yang menceritakan zaman penjajahan Belanda, tetapi tidak menyudutkan pihak penjajah. Artinya film ini dibuat dengan sudut pandang berbeda dan sangat hati-hati.

Setelah film keluar, Christine Hakim juga masih harus berjuang melepas karakter Tjoet Nja’ Dhien yang sudah melekat di dirinya. Ia sering menangis jika ada yang menyebut nama itu, ikut merasakan bagaimana sulitnya dulu menjadi seorang Tjoet Nja’ Dhien.

Hingga tiga tahun lamanya, baru ia bisa perlahan lepas dari karakter. Karena saat itu, ia mempelajari karakter Tjoet Nja’ Dhien dari 30 buku berbahasa Indonesia dan Belanda yang diberikan oleh sang sutradara, Eros Djarot.

Sementara itu, Eros mengaku sangat berterima kasih filmnya direstorasi dan diputar kembali di bioskop. Ia ingin anak-anak muda juga ikut menonton film “Tjoet Nja’ Dhien”, karena Belanda saja tertarik maka warga Indonesia sendiri harus mencintai filmnya sendiri.

“Bangsa lain mengapresiasi film ini dan itu sampai Rp 3 miliar merestorasinya, dan kita sama sekali tidak dapat uang dari ini tapi kita sangat berterima kasih film ini telah direstorasi. Supaya film seperti ini tidak hilang,” kata Eros dalam kesempatan yang sama.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler