Kesaksian Dokter di Gaza: Gas Israel Bunuh Janin Ibu Hamil
Setiap hari ada 20-30 pasien ibu hamil yang alami pendarahan hingga keguguran.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Salah satu dokter yang bertugas di Beit Lahiya, Jalur Gaza, Palestina, dr Mueen al-Shurafa SpAn, menjelaskan, banyak ibu hamil yang menjadi korban keganasan bom-bom Israel. Gas yang dikeluarkan dari bom tersebut berdampak pada janin di dalam kandungan para pasien. Mereka mengalami pendarahan hingga keguguran. Tim dokter pun harus melakukan aborsi untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
“Setiap hari 20-30 pasien karena Israel pakai gas dan kandungannya bahaya dan itu keluar (pendarahan),”ujar dr Mueen di kediamannya di Sentral Gaza, Palestina saat berbincang dengan Republika.co.id lewat sambungan telepon dari Jakarta, Jumat (21/5) malam. Israel diketahui menggunakan bom fosfor dalam beberapa kali serangan ke Gaza pada 2004, 2009, dan 2012. Meski demikian, belum bisa dipastikan bom gas yang menyerang Gaza pada perang pada 2021 ini.
Menurut dr Mueen, pasien-pasien tersebut harus datang ke rumah sakit untuk menghentikan pendarahannya. Usia kehamilan pasien bervariasi. Ada ibu yang baru hamil dengan usia kehamilan sekitar 12-20 pekan. Ada juga ibu yang usia kehamilannya sudah mencapai 24 pekan. “Banyak kasus seperti itu,” ujar dia.
Banyaknya pasien pun harus membuat dokter di RS Kamal Adwan, Beit Lahiya — tempat dr Mueen bekerja — mesti bekerja ekstrameras. Mueen bahkan mengaku harus menginap di rumah sakit yang terletak tidak jauh dari perbatasan Gaza-Israel tersebut. “Sehari bisa 24 sampai dengan 30 jam. Kita harus menginap, kemudian besok malamnya baru pulang lagi. Kembali lagi paginya,” kata dokter yang fasih berbahasa Indonesia itu.
Tidak hanya itu, dokter spesialis lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, ini menjelaskan, bom-bom Israel menghancurkan jalan-jalan ke rumah sakit. Menurut Mueen, rusaknya jalan akibat serangan rudal membuat ambulans kesulitan mencapai Rumah Sakit Kamal Adwan. Untuk cepat sampai ke rumah sakit, dr Mueen harus bersepeda. “Saya pun harus ke rumah sakit naik sepeda. Jaraknya sekitar 20-30 menit,” ujar Mueen.
Soal keamanan, dr Mueen menjelaskan, Israel memang tidak mengebom rumah sakit tempatnya bekerja. Meski demikian, rumah dan bangunan di sekitar rumah sakit tidak sedikit yang terkena bom. Tidak terkecuali masjid. Mueen pun berharap perang ini segera usai karena banyaknya korban sipil yang berjatuhan.
Jet-jet tempur Israel menyerang Jalur Gaza sejak 10 Mei 2021 selama sebelas hari. Serangan ini terjadi setelah roket-roket Hamas dan Jihad Islam meluncur ke kota-kota di Israel. Upaya bersenjata dilakukan para pejuang dari Jalur Gaza karena aksi provokasi Israel di Masjidil Aqsha dan penggusuran permukiman Palestina di daerah Sheikh Jarrah. Gencatan bersenjata dicapai kedua belah pihak pada Jumat (21/5) setelah perang tersebut menelan sebanyak 244 korban tewas dengan 232 orang Palestina dan 12 dari pihak Israel.